Ibu-Ibu Bahagia

Ibu-Ibu Bahagia

Konon, bayangan saya selepas menamatkan kuliah di Ilmu Komunikasi, saya akan menghabiskan hari-hari yang bergelora sebagai wartawan. Saya akan berlari mengejar-mengejar narasumber. Saya akan berada di sebuah tempat di mana kejadian-kejadian penting di Indonesia sedang berlangsung. Saya akan menghabiskan malam-malam yang senyap dengan secangkir kopi untuk menyelesaikan artikel hebat yang akan dimuat di koran ternama. Dan di akhir kisah, di hari tua saya akan bahagia mengenang masa-masa muda yang indah sebagai seorang wartawan terkenal dan menjadi bagian penting dunia jurnalistik.

Tapi itu zaman dahulu kala.

Skenario kehidupan berkata lain, takdir dan pilihan hidup tersaji di depan mata. Status saya sekarang bukan wartawan (bahkan belum pernah jadi wartawan Koran). Saya memilih menjadi Ibu Rumah Tangga. Apakah menjadi ibu rumah tangga juga bisa bahagia? Semua orang tahu, punya anak kecil itu repot. Saat masih bayi, repot mengganti popok dan lelah memberikan ASI. Belum kalau sang bayi rewel. Saat sudah bisa merangkak, kewaspadaan harus ditingkatkan. Lengah sedikit, bisa-bisa si anak mengambil benda sembarangan dan memakannya, atau memegang benda-benda berbahaya. Nah, saat anak sudah bisa berjalan dan sedang belajar mandiri, kerepotan tentu bertambah. Anak bermain di luar, sang Ibu tentu tak bisa santai-santai di dalam rumah. Anak belajar makan sendiri, setelah itu tentu PR bagi Ibu untuk menjumputi remah-remah makanan dan mengepelnya. Belum lagi kalau termasuk orangtua yang tidak suka anaknya di rumah memakai diapers dan si anak belum bisa rutin buang air kecil di kamar mandi, tentu tugas mengepel akan menjadi lebih sering. Ini tentu melelahkan bahkan bisa menjadi sangat membosankan.

Tiba-tiba, di tengah kehebohan ‘bermain’ dengan anak saya, saya teringat sebuah coretan yang pernah saya tulis saat masih lajang. Judulnya “ Apakah Bahagia Itu?”

Apakah Bahagia Itu?" tanya seorang ibu dengan anak yang masih kecil-kecil.
Bahagia adalah saat kau memangku anakmu sambil bermain di ayunan sebuah taman. Dan kalian tertawa bersama.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah ketika kau berlomba lari dengan anakmu. mereka tertawa sangat riang, padahal sebelumnya mereka sangat marah gara-gara kau membujuknya untuk tidak menonton tivi.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah saat anak-anakmu berebutan kue buatanmu, sambil menikmati hujan yang turun dengan lembutnya, di beranda rumah sore itu. sementara suamimu sibuk menjawab pertanyaan anak-anakmu tentang mengapa hujan turun dan dari apakah pelangi terlukis.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah ketika kau bisa tersenyum dengan tulus sambil membukakan pintu untuk suamimu yang keletihan bekerja.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah lantai rumah yang basah ketika anak-anakmu bermain air sambil belajar berwudhu.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah jari tangan anakmu yang berdarah saat dia belajar memotong mangga. Tangisnya mereda saat kau menceritakan bahwa dia telah berhasil belajar sesuatu yang baru. Lantas dia bertanya tentang darah, tentang bagaimana menggunakan pisau, dan tentang pertolongan pertama.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah semangkuk kolak yang kau berikan kepada tetanggamu.

"Apakah Bahagia Itu?"
Bahagia adalah ketika orangtuamu, kakak-kakakmu, mertuamu, saudara-saudara iparmu, berteriak kegirangan saat kau datang bertandang.

……dst.

Ah, iya, coretan itu awalnya untuk kawan-kawan saya yang saat itu menjadi ibu rumah tangga. Ternyata sekarang berguna buat saya. Benar, saat seni melihat celah bersyukur sudah dimiliki, maka profesi Ibu Rumah Tangga pun bisa dinikmati dengan bahagia.

Dan saat ini, saya sedang menghabiskan hari-hari yang bergelora sebagai Ibu Rumah Tangga. Saya berlari mengejar-mengejar anak saya yang sedang suka melarikan diri saat diminta pakai baju atau disuapi. Saya sedang berada di sebuah tempat di mana saya ditempa agar bisa merawat dan mendidik calon-calon orang penting dalam perbaikan negeri Indonesia. Saya sedang menghabiskan malam-malam yang senyap dengan spon cuci piring, sapu, dan kain pel untuk menghasilkan sebuah karya yang hebat tentang sebuah rumah nyaman huni. Dan di akhir kisah, saya berharap di hari tua bisa bahagia mengenang masa-masa yang indah sebagai Ibu yang sukses dan menjadi bagian penting untuk ummat. Amiin.

Cimanggis, 23/9/2010