Menyapih Afrin

Hal luar biasa selain menyusui adalah menyapih. Saat menyapih Mas Abrar dan Kak Arifa, agak heboh. Saya sebenarnya agak sedikit trauma menyapih. Bayangan stress berlipat-lipat. 

Saat menyapih Mas Abrar, saya sangat terbantu karena Eyang putri dan Eyang Kakung mengajak sekeluarga besar menginap di sebuah hotel di Bandung, dalam rangka mencarikan  kost Om Go. Hari kedua disapih, Mas Abrar menikmati perjalanan Depok- Bandung. Hasilnya, sampai Bandung kelelahan dan terlalu senang, lupa dengan ASI. 

Saat menyapih Kak Arifa, saya sangat terbantu karena saat itu kami bertiga sedang di Tegal. Abinya anak-anak sudah di Pakistan. Embah Putri dan Embah Kakung (semoga Allah merahmati Embah) dan keluarga Budhe Hendi membantu momong anak-anak. Seminggu rewel, tiap malam begadang, tapi ada Embah Kakung yang menemani. (Embaaaah....jadi kangen.....semoga dilapangkan alam barzah Embah).

Nah, menyapih Dik Afrin, kemana ya? Ceritanya kami sekeluarga inti berencana ke Malaysia.Saat taksi kami sampai Bandara, ada kehebohan, jadilah koper besar kami yang berisi semua pakaian tertinggal di bagasi taksi. Sementara penerbangan sudah mepet, saya masih dilema antara mengejar koper di taksi yang sudah keluar bandara, atau terbang saja ke Malaysia tanpa membawa baju-baju ganti. Untunglaaaaaah.....saya terbangun, ternyata itu cuma mimpi. 

"Saking pusingnya ya Mi, sampai terbawa mimpi," itu komentar Abinya anak-anak.

Alhamdulillah....ini hari ke-enam menyapih Dik Afrin. Ternyata Allah memudahkan segalanya. Allah yang menciptakan Dik Afrin. Meski dalam dua tahun sejak lahir Dik Afrin diciptakan sebagai anak yang sangat tergantung ASI, tidak pernah diselingi susu formula (seperti Mas Abrar) atau berbagi ASI dengan saudaranya (seperti Kak Arifa), tapi jika Allah berkehendak Dik Afrin mudah disapih, ya pastilah bisa.

Lagi-lagi, orangtua hanya ikhtiar untuk bisa menyapih sesuai perintah Allah, yaitu dua tahun (dengan kalender hijriyah). Ikhtiar membelikan berbagai mainan, membelikan es krim, cemilan, mengajak motor-motoran seperluya (karena masih pandemi, agak takut jika terlalu lama di luar rumah), dan tentu saja WWW (Weaning with WiFi alias menonton tayangan di laptop atau HP). Setelah ikhtiar, berdoa, dan tawakal. Serahkan kepada yang menciptakan Dik Afrin. 

Ternyata, Dik Afrin paling mudah disapih. Tidak begitu banyak drama bercucuran air mata. Alhamdulillah. Dramanya malah menyenangkan. Jika tidak menonton, Dik Afrin berimajinasi. Pura-pura naik motor di atas koper. Nanti orang serumah diminta pakai helm di dalam rumah. Tidak boleh dilepas sampai DikAfrin selesai berimajinasi nyetir motor. Pernah juga Dik Afrin minta pakai kacamata hitam di rumah. Umminya diminta pakai, padahal sedang memasak. Dan masih banyak lagi drama komedi menyapih Dik Afrin. 

Sekali lagi, Alhamdulillah. Hanya kepada Allah segala pujian ditujukan. Semoga Dik Afrin sehat, tumbuh menjadi pribadi yang kokoh aqidahnya, kuat jiwanya, sehat badannya, kuat akalnya, lembut hatinya, dan selamat dunia akhirat. Semoga kami sekeluarga kelak bisa langsung berkumpul di surga tanpa mampir-mampir ke yang tidak enak. Aaamiiin