MUSIK BERGUNA DAN MUSIK TAK BERGUNA
Dahulu, saat masih mengamati musik-musik Indonesia, saya bingung. Ada lagu kok "ingin kubunuh pacarmu..." atau "lelaki buaya darat, busyet..."
Memang, ideal sekali ya kalau musiknya bisa bagus, liriknya berguna (menginspirasi), suaranya bagus. Misalnya sekelas penyanyi Mesir Hamza Namira. Lagu-lagunya liriknya indah, bersajak, artinya juga sangat bagus. Ditambah musik dan suaranya bagus.
Jika memang tidak tertarik mendengarkan lirik, sebenarnya bisa saja 'kan cukup instrumen, seperti Kitaro dan Tsukemen (Jepang) atau Michael Giacchino (karyanya antara lain OST film animasi Up dan Zootopia).
Tapi kalau memang ingin tetap ada suara manusianya, tapi tidak ingin MERUSAK pendengaran dengan kalimat-kalimat yang tak berguna, maka menurut saya alternatifnya adalah dengan menggunakan bahasa GIBBERISH. Gibberish adalah bahasa racauan, tidak ada artinya.
Dalam dunia musik, Bruno Coulais, seorang komposer Perancis, adalah contoh sangat bagus dalam menggunakan bahasa Gibberish. Bruno Coulais menggunakan suara manusia sebagai pelengkap instrumen. Misalnya musik Bruno Coulais yang menjadi OST film horor animasi CORALINE.
Ini contohnya:
Ini contohnya:
- Creaking Van Iddli Fla Lu Va
- Pretty Sah Lu Feh Iddli Twu Ki Padi
- Trelly Goilly Doilly Seli Pretty Chedi
- Emi Swalin Gwoh
- Seri Ferin Dorin Greh
- Fairy Seiry Don
- Sweedes Machin Twinky Doo
- Fweeden Soreti
- Oosi An Tweeban Retiso
- Neh-Neh Fehreeden
- Sindwee Bin Doh
- Swin Ting Lan Twenty Some Dring Doli
- Sweet Lan Bih City Tran Dolinda
- Pretty Leheleni Switi Kull
- Meli Swimmin So
- Creaking Van Iddli Fla Lu Va
- Pretty Sah Lu Feh Iddli Twu Ki Padi
- Trelly Goilly Doilly Seli Pretty Chedi
- Emi Swalin Gwoh
- Seri Ferin Dorin Greh
- Fairy Seiry Don
- Sweedes Machin Twinky Doo
- Fweeden Soreti