Film dan Politik
India bermusuhan dengan Pakistan. Perang. Itu soal politik. Imbasnya, sejak tahun lalu, Pakistan berhenti mengimpor film dari India.
Saya jujur, banyak film India tidak bagus. Goyang badan, pakaian tidak sesuai Islam, saya sepakat itu buruk. Banyak film merendahkan derajat perempuan, saya setuju. Banyak film India tidak sesuai ditonton negara muslim, saya pun sepakat.
Tapi tidak semua begitu.
Tidak semua film India buruk.
Tidak semua film India buruk.
Sayangnya, situasi politik yang buruk itu bersamaan dengan dirilisnya film DANGAL, di mana setidaknya tiga bintang film muslim menjadi pemeran utama film ini, yaitu Aamir Khan, Fatma (Geeta senior), dan Zaira (Geeta junior). Isi film DANGAL pun positif. Sangat cocok untuk kultur muslim Pakistan.
Kalangan pebisnis film Pakistan, menurut saya, dirugikan dengan situasi politik seperti ini. Politikus Pakistan menawarkan, boleh menayangkan DANGAL di Pakistan, tapi ada dua adegan yang harus dihilangkan : pengibaran bendera India dan lagu nasional India di akhir film.
Tentu saja, ini aneh sekali. Ini film yang terinspirasi kisah nyata olahragawan India, di mana-mana memang kemenangan ditandai dengan pengibaran bendera dan lagu nasional. Pantas, Aamir Khan menolak pemotongan adegan.
Coba ingat film India BAJRANGI BHAIJAAN. Ada adegan olahraga Kriket. Pemenangnya adalah Syahid Afridi, olahragawan pakistan. Tetap saja ada adegan pengibaran bendera Pakistan di film India.
Saya paham bahwa politik itu penting untuk kehidupan bernegara. Yang saya tidak paham, apakah para politikus itu paham bahwa tidak semua hal mereka paham.
Saya paham bahwa politik itu penting untuk kehidupan bernegara. Yang saya tidak paham, apakah para politikus itu paham bahwa tidak semua hal mereka paham.
Wis mbuh, sakarepmu!