Pekerjaan Rumah Itu Mengasyikkan


Perjalanan rumah tangga kami baru beberapa bulan. Kami suka menghitungnya bukan dari awal pernikahan, tapi dari awal mengontrak rumah. Itu karena sebelum mengontrak rumah, selama 7 bulan kami tinggal terpisah. Aku di Jakarta, suamiku di Bandung. Kami bertemu hanya di week end.


Ternyata sangat bermakna belajar berumah tangga. Tinggal bertiga satu rumah (plus anak kami yang masih dalam kandungan, maksudnya) dan belajar mengurus segala sesuatunya.


Mulailah rutinitas kami : mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik. Sebelum berangkat kerja, kami berbagi tugas. Aku belanja dan memasak untuk breakfast, sementara suamiku mencuci pakaian dan menyiram tanaman. Aaaah.... senangnya, pekerjaan jadi terasa ringan.


Aku mulai kembali menyukai pekerjaan-pekerjaan yang sudah lama kutinggalkan selama satu setengah tahun. Menyetrika, mengepel, menyapu, dan lain sebagainya. (Usai kuliah sampai sebelum mengontrak, aku kost di tempat yang semuanya dikerjakan oleh 'Ibu' dan 'Mba'). Tapi itu adalah hal yang menyenangkan. Bayangkanlah : sebuah rumah yang bersih, tertata, dan almari penuh pakaian yang sudah siap pakai. Itu sungguh indah! Puas. Lega. Dan saat itu, kita bisa menikmati makanan hasil olahan sendiri. Ini sungguh membanggakan.


Ah, kalau orang feminis suka mencibir, bahwa wanita itu bernilai rendah karena hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik, aku kira itu karena mereka tak pernah bisa merasakan betapa indahnya melakukan pekerjaan-pekerjaan itu.


Aku kira, hidup ini tergantung kacamata yang dipakai. Mau dibikin happy, hidup ini happy. Mau dibikin suram, suram juga bisa. Yach, terserah anda.