Memangnya Kamu Akan Jatuh Cinta Dengan Dokter Gigimu?

Saya mau menjemput anak-anak. Di jalan, bertemu dengan orangtua murid yang lain. Obrolan tentang gigi.

Kawan    : Di mana kamu periksa gigi?
Saya       : Shadman Colony.


Kawan    : Jauh sekali. Mahal pula. Mengapa di sana?
Saya       : Karena hanya di sana yang saya tahu ada dokter gigi wanita.


Kawan    : Dokter gigi banyak di sini, mengapa harus wanita?
Saya       : Ya... karena saya wanita, jadi saya pergi ke dokter gigi wanita.


Kawan    : No...no...no...! Untuk mengoperasi gigi, dokter gigi pria lebih proffesional. Dia lebih ahli. Untuk mengoperasi gigi, butuh keahlian. Wanita itu tidak bisa melakukan pekerjaan sulit itu. Mengapa kamu pergi jauh hanya untuk mencari dokter gigi wanita?
Saya       : Ya....karena saya wanita, saya tidak dalam kondisi darurat yang mengharuskan saya pergi ke dokter gigi pria. Saya wanita, dokter gigi seorang pria, bukan mahram....

Kawan    : Kamu pergi ke dokter gigi hanya untuk operasi gigi. Dokter gigi kamu hanya akan mengoperasi gigi kamu. Memangnya kamu akan jatuh cinta dengan dokter gigimu?

Gemas sekali saya dengan kawan yang satu ini. Tidak terasa sudah sampai gerbang Montessory Campus. Kami berpisah, dia menuju Senior Campus. Sebenarnya saya mau menjawab begini:

"Kalau saya bertemu dokter gigi setampan Aamir Khan, memangnya kamu bisa menjamin saya tidak jatuh cinta pada dia? Adakah yang bisa menjamin?"

Ooh kawan....
Sesungguhnya pengemudi sepeda motor mengenakan helm bukan berarti dia berencana untuk jatuh. Begitu pula seseorang yang pergi ke dokter gigi wanita, karena dia seorang wanita, bukan berarti dia berencana untuk jatuh cinta jika pergi ke dokter gigi pria. Semua perlu menjaga diri, karena menjaga tidak pernah ada salahnya. Bahwa celah-celah maksiat harus ditutup, meski itu sebesar lubang bekas jarum. 


Sebuah kisah, di tanah Lahore, Pakistan...
Sebuah tanah di mana susah mencari orang tidak tampan....