PhD: The Lost Episode

 Ini tentang seseorang yang ingin melupakan takdir, melupakan fakta. 


Wkwkwk.


Baru ingat kejadian horror di Lahore, tapi ternyata belum pernah diabadikan di sini. Tiba-tiba saya jadi ingat setelah lihat Dik Afrin yang sedang suka mainan selot pintu.


Alkisah, Dik Arifa (belum Kak Arifa) masih usia 2 tahun hampir 3 tahun. Di sore musim dingin Saya ajak main anak2 di atap sambil menunggu Abi pulang kuliah. Saya dan Mas Abrar main di bagian atap. Tiba-tiba Dik Arifa masuk dan menutup pintu atap, dan menyelotnya.


Dik Arifa ternyata tidak bisa membuka selooot.


Panik. Semua terjebak.

Saya berdua terjebak di luar. Dik Arifa terjebak di dalam. 

Saya ajarkan berkali-kali cara membuka selot, namun tak paham.


Akhirnya saya berteriak minta tolong ke Mrs. Afsheen, tetangga saya di Ground. Ali Haider diminta naik ke atap...membukakan selot.


Alhamdulillah. 

bisa.


Tapi Ali sedang sakit. Setelah naik ke atap, Ali batuk-batuk dan muntah. Akhirnya saya menggendong anak usia 4 tahun dengan berat hampir 35 kg dari atap ke lantai ground (2 tangga). Huhuhu. Berat masyaAllah.


Dan waktu diceritakan ke Kak Arifa sekarang, Kak Arifa lupa dan tidak mau mengakui itu pernah terjadi. Hahaha