Tidak Masuk Akal, Tapi "Masuk Akal"
Saya penggemar film-film animasi. Saya suka sekali adegan-adegan tidak masuk akal yang menjadi kelebihan film animasi. Bagaimana mungkin boneka bisa sedih, bagaimana mungkin buku bisa terbang, bagaimana mungkin rumah bisa terbang dengan balon udara, bagaimana mungkin seseorang bisa mengubah bintang-bintang menjadi bulan sabit, serta bagaimana mungkin-bagaimana mungkin yang lain. Menariknya, dengan adegan-adegan tidak masuk akal dan penuh imajinasi itu, kreator film bisa menyampaikan pesan kepada penonton. Pesan yang disampaikan pun banyak yang bisa diaplikasikan.
Cuma ada satu pertanyaan saya sepanjang menikmati film-film animasi, bagaimana caranya hal-hal tidak masuk akal tersebut bisa "masuk akal", maksud saya, masuk ke akal kreator film animasi? Luar biasa menurut saya. Saya mengaguminya.
Sungguh menurut saya ini hanya berlaku untuk dunia-dunia tertentu, salah satunya.
Namun, ketika hal-hal tidak masuk akal sampai bisa "masuk akal" para pembuat makar dunia nyata, saya heran. Lebih heran. Aneh. Mungkin orang-orang seperti itu tidak punya pengalaman yang indah di masa kecil tentang indahnya hal-hal tidak masuk akal di alam imajinasi, sehingga mereka menerapkannya di dunia nyata. Sayang, bukan keindahan yang didapat, tapi penderitaan.
Namun, ketika hal-hal tidak masuk akal sampai bisa "masuk akal" para pembuat makar dunia nyata, saya heran. Lebih heran. Aneh. Mungkin orang-orang seperti itu tidak punya pengalaman yang indah di masa kecil tentang indahnya hal-hal tidak masuk akal di alam imajinasi, sehingga mereka menerapkannya di dunia nyata. Sayang, bukan keindahan yang didapat, tapi penderitaan.