Warna-Warni Ta'aruf (Part 1)



Entah kenapa, sore ini saya ingin menulis tentang "Ta'aruf", yang dimaknai sebagai proses perkenalan dua orang yang akan menikah. Adakah ini sore yang romantis, hingga saya menuliskan yang berkaitan dengan cinta? Hehehe

Hemmmh... Jika ta'aruf diibaratkan bunga, tentu saya akan kesulitan menjelaskan apa warna dan aromanya. Kadang, ta'aruf itu menjelma sebagai bunga yang berwarna terang, menawan, dan harum baunya, hingga tiap orang ingin memetiknya. Kadang, ta'aruf menjelma sebagai bunga yang tak sedap, hingga tak banyak orang yang sudi meliriknya.

Dulu, di H-1 hari pernikahan, saya kedatangan seorang kawan lama. Dia datang lengkap dengan anaknya yang sudah lincah berlarian dan tentu saja, suami. Maka, inilah yang pertama kali saya ungkapkan:
"Kabarmu sungguh mengejutkan!!!"
"Iya... kejadiannya begitu cepat, aku sendiri sulit mempercayainya," jawabnya.

Dan, mengalirlah ceritanya.
Selang waktu antara taaruf dan akad nikah hanya 3 hari! Ya, dalam 3 hari apapun bisa terjadi. Akad nikah pun dilangsungkan secara cepat, di rumah murabbiahnya. Saking begitu cepatnya kejadian "pernikahannya" itu, esok paginya... usai pulang kuliah, dia lupa. Dia pulang ke kostnya, serasa masih lajang saja. Padahal, suaminya menunggu di rumah kontrakan.

Mungkin anda bertanya, mengapa secepat itu? Atau, ada kejadian apakah antara ikhwan dan akhwat itu?

Tidak, tidak ada hal yang aneh sebelum taaruf itu terjadi. Mereka hanya sama-sama berstatus sebagai orang yang sama-sama siap mengikat janji segera dan menyerahkan kepercayaan sepenuhnya pada Allah, tentang siapakah calon yang akan diajukan oleh masing-masing guru mengajinya.

Hebat memang. Meski mereka tidak saling kenal sebelumnya dan tak melalui proses taaruf yang mendetail, tapi keajaiban pernikahan telah membuktikan : mereka bisa saling mencintai. Dan cinta mereka sudah berbuah.


Jakarta Timur, 22 April 2009