Abrar


Abrar

Suatu hari, kau bertanya, mengapa motor tidak boleh di jalan tol?
Lain waktu bertanya, mengapa mobil lebih cepat dari motor.

Saat Abi bercerita tentang kematian seorang kawan,
Kau yang sedang bermain mobil-mobilan, langsung bertanya,
Mengapa orang meninggal?  Mengapa sakit jantung? Apa nanti dia pergi ke atas?

Saat kita mudik, macet dimana-mana,
Kau bertanya lagi, mengapa macet?
Mengapa banyak mobil “nakal”?
Ya, “nakal” saat itu Abi gunakan untuk mobil-mobil yang mengambil jalur yang seharusnya  jalur mobil dari arah berlawanan.
“Ummi, kalau ada mobil nakal, diapain?”
Ummi, jawab, itu tugas Mas Abrar kalau nanti Mas Abrar jadi Kapolri.
Kalau Ummi yang jadi polisi, sopirnya mau Ummi suruh push up, biar jera tapi tetap sehat.

Saat bercerita tentang kecelakaan di rel kereta,
Kau bertanya lagi,
“mengapa buldosernya lewat rel, ‘kan ada kereta lewat?”
Ummi jawab, karena relnya nggak punya palang pintu, jadi tidak tahu kalau ada kereta lewat.
Kau bertanya lagi,
“mengapa pintu keretanya tidak dijagain?” Harusnya dijagain ‘kan?

Suatu hari Mbah menyodorkann air putih yang direbus dengan kayu bakar
“Ummi, kok airnya bau?”
“Kenapa bau kayu”
“Kok bau asap?”

Suatu sore, Pakdhe Joko membongkar kandang kelinci,
Kau bertanya lagi “ mengapa kandangnya dirusak?’
“mengapa kayunya mau dibakar?”
“Kelincinya apa sudah mati”

Setiap kali bertanya, pasti ada empat sampai lima pertanyaan berikutnya yang menuntut jawaban memuaskan.
Terkadang, itu membuat orang dewasa di sekitarmu kewalahan,
Bagaimana menjawab yang memuaskan hatimu, tapi mudah dipahami.

Jangan dipatahkan semangatnya bertanya,
Jawablah dengan semampu mungkin,
Jangan sekali-kali membohongi,
Bersabarlah menjawab sampai dia puas,
Itulah yang selalu coba Ummi dan Abi ingat-ingat.

Abrar Abduljabbar,
Seperti namamu, semoga kau menjadi orang perkasa, yang berkuasa,
Tapi tetap baik, bijak, dan berbakti, dan menjadi kecintaan penduduk bumi dan langit.

Tegal, 22 September 2012