Bahagia dan Sedih Arifa
Di hari Minggu siang kami berempat pergi ke tukang cukur di
jalan Bari Peer, dekat rumah. Musim panas alangkah baiknya memotong rambut Abi
dan Abrar. Sembari menunggu, Arifa melihat-lihat keluar. Tiba-tiba Arifa
berseru “Ummi...Ummi...ada temen Dik Alifa”. Arifa menunjuk ke seberang jalan.
Di depan Hasan Dental Clinic, ada Mahuum, teman sekelas Arifa. Gadis kecil
bergaun tanpa lengan itu melambai-lambaikan tangannya, sambil berseru ke
seorang wanita bergamis dan berkerudung hitam, “Mama... mera doski...”. Ummi pun menggendong Arifa menyeberang jalan untuk
bersalaman dengan temannya.
Ah, bahagianya. Arifa sudah punya teman sebaya. Teman Arifa
sendiri, bukan teman Abrar. Ya, selama ini teman Arifa adalah teman-teman
Abrar.
Sorenya, gemuruh membahana. Cuaca tiba-tiba menggelap. Hujan
pun turun. Suatu berkah, hujan turun di musim panas. Sungguh menyejukkan dan
menyenangkan. Tapi ternyata ada yang bersedih. Arifa berdiri di bawah jendela,
memandangi hujan. Arifa bertanya “Ummi, Maliha nggak datang?”. Ah, iya. Sore
ini sebenarnya Maliha dan Lareeb berencana datang berkunjung. Maliha adalah
teman sekelas Arifa. Lareeb, kakaknya, adalah teman Abrar. Ummi baru saja
menerima pesan dari Mama Maliha bahwa acara berkunjung ke rumah ditunda karena
turun hujan.
Oh, Arifa. Itulah indahnya sekolah, punya teman. Bahagia
karena bertemu teman. Sedih karena teman tidak datang. Suatu kombinasi perasaan yang indah.
Lahore, 4 Mei 2014, musim panas
*mera doski = teman saya