Seri Media & Anak (Part 6)
Anak Anda Bisa Bermain-Main?
Saya pernah membaca sebuah artikel. Ceritanya begini. Ada sebuah acara tingkat internasional dimana tujuannya menguji kecerdasan anak-anak dalam bermain. Diambillah beberapa sampel, yaitu anak-anak dari berbagai negara. Indonesia salah satunya. Dengan menggunakan metode tertentu, mereka mendapatkan angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kecerdasan anak-anak dalam bermain. Hasilnya, anak-anak Indonesia mendapat angka terendah! Artinya, mereka kurang kreatif dalam bermain.
Ada apa gerangan dengan anak-anak kita?
Saya hanya menduga. Ini hasil menyambung-nyambungkan beberapa fenomena. Indonesia sudah lama digempur "era layar". Anak-anak mendapatkan kemudahan untuk mengakses TV, video game, internet, dsb. Berdasarkan penelitian, anak-anak menghabiskan waktu jauh lebih banyak di depan TV, video game, atau internet, dibanding aktivitas lain (belajar, bermain, mengaji, dsb).
Nah, apa akibatnya?
Menurut Teresa Orange, dalam buku The Media Diet For Kids (Serambi, 2007), Terlalu banyak menghabiskan watu di depan TV dan komputer dapat membatasi kemampuan anak untuk bermain secara imajinatif. Banyak orangtua dan pengasuh yang mengeluhkan, bahwa anak-anak mereka ternyata tidak dapat bermain dengan mainan tradisional atau sekadar menciptakan permainan fantasi.
Menyedihkan, memang. Bahkan, seperti yang pernah saya dengar dari beberapa orangtua murid sekolah dasar di Jakarta Timur, apabila listrik padam banyak anak-anak yang tidak tahu mau beraktivitas apa. "Seperti gombal basah aja dia, menggeletak di sofa", begitu kurang lebih yang dikeluhkan orangtua mengenai aktivitas anaknya saat listrik padam.
Masih berkaitan dengan itu, Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA - Kidia) juga pernah mensurvei tentang anak-anak dan hubungannya dengan media. Salah satu pertanyaannya adalah "hadiah apa yang paling diinginkan anak-anak saat ulang tahun". Ternyata, sebagian besar anak-anak menginginkan play station.
Jadi, kalau boleh saya menyimpulkan, ada hubungan antara banyaknya waktu yang digunakan anak-anak di depan layar TV / komputer dengan kemampuan mereka dalam bermain-main. Semakin banyak mereka menghabiskan waktu di depan layar, semakin kurang kreatiflah mereka dalam bermain. Bingung mau main apa kalau tidak ada TV, video game, atau internet!
Moga bermanfaat.
Saya pernah membaca sebuah artikel. Ceritanya begini. Ada sebuah acara tingkat internasional dimana tujuannya menguji kecerdasan anak-anak dalam bermain. Diambillah beberapa sampel, yaitu anak-anak dari berbagai negara. Indonesia salah satunya. Dengan menggunakan metode tertentu, mereka mendapatkan angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kecerdasan anak-anak dalam bermain. Hasilnya, anak-anak Indonesia mendapat angka terendah! Artinya, mereka kurang kreatif dalam bermain.
Ada apa gerangan dengan anak-anak kita?
Saya hanya menduga. Ini hasil menyambung-nyambungkan beberapa fenomena. Indonesia sudah lama digempur "era layar". Anak-anak mendapatkan kemudahan untuk mengakses TV, video game, internet, dsb. Berdasarkan penelitian, anak-anak menghabiskan waktu jauh lebih banyak di depan TV, video game, atau internet, dibanding aktivitas lain (belajar, bermain, mengaji, dsb).
Nah, apa akibatnya?
Menurut Teresa Orange, dalam buku The Media Diet For Kids (Serambi, 2007), Terlalu banyak menghabiskan watu di depan TV dan komputer dapat membatasi kemampuan anak untuk bermain secara imajinatif. Banyak orangtua dan pengasuh yang mengeluhkan, bahwa anak-anak mereka ternyata tidak dapat bermain dengan mainan tradisional atau sekadar menciptakan permainan fantasi.
Menyedihkan, memang. Bahkan, seperti yang pernah saya dengar dari beberapa orangtua murid sekolah dasar di Jakarta Timur, apabila listrik padam banyak anak-anak yang tidak tahu mau beraktivitas apa. "Seperti gombal basah aja dia, menggeletak di sofa", begitu kurang lebih yang dikeluhkan orangtua mengenai aktivitas anaknya saat listrik padam.
Masih berkaitan dengan itu, Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA - Kidia) juga pernah mensurvei tentang anak-anak dan hubungannya dengan media. Salah satu pertanyaannya adalah "hadiah apa yang paling diinginkan anak-anak saat ulang tahun". Ternyata, sebagian besar anak-anak menginginkan play station.
Jadi, kalau boleh saya menyimpulkan, ada hubungan antara banyaknya waktu yang digunakan anak-anak di depan layar TV / komputer dengan kemampuan mereka dalam bermain-main. Semakin banyak mereka menghabiskan waktu di depan layar, semakin kurang kreatiflah mereka dalam bermain. Bingung mau main apa kalau tidak ada TV, video game, atau internet!
Moga bermanfaat.
Jakarta Timur, 6 April 2009