Bawa Atha ke Amerika
Saya punya teman curhat. Dia,
gadis 23 tahun. Statusnya masih mahasiswi PhD matematika. Diantara semua
perempuan di kelasnya, dia paling pintar, mungkin paling cantik. Mahasiswa
bimbingan Professor tersohor dari Jerman. Dia berasal dari sebuah kota kecil
jauh dari Lahore, anak seorang Tentara Pakistan. Setelah curhat biasanya agak
mencair suasana dan ngobrol ngalor-ngidul.
Maka obrolan saya mengarah ke tema makanan.
Kawan saya : Kamu makan nasi tiap
hari?
Saya : Nggak!
Kawan saya : Atha (gandum)?
Saya : Nggak juga.
Kawan saya : So, makan apa?
Saya : Sehari nasi, besok Atha, kemudian makaroni, mie, sphageti,
bread, kentang, olahan dari tepung terigu, dan lain-lain. Yang jelas, kami
tidak bergantung pada nasi.
Kawan saya : Oooh... itu susah
sekali. Saya tidak bisa tidur tanpa makan rhoti
(olahan dari tepung Atha)
Saya : Memang, banyak orang
Indonesia juga seperti itu, tidak bisa makan tanpa nasi. Tapi sejak menikah
dengan Baskoro dan punya anak, Abrar dan Arifa kami biasakan tidak
ketergantungan dengan nasi. Saya berharap suatu saat mereka besar dan akan
kuliah di luar negri, yang mungkin akan susah kalau harus makan nasi. Memangnya
kamu nggak mau ke Amerika atau negara professormu?
Kawan saya : Memangnya nggak ada atha di Amerika?
Saya : Ya nggak tahu, saya belum
pernah ke Amerika atau Jerman.
Kawan saya : Rasanya kalau belum
makan rhoti itu.... ada yang kurang. Kalau begitu, saya
mau bawa Atha kalo ke luar negri.
Wuahahahaha, podo wae karo wong
Indonesia.
Susah emang ya, mengurangi
ketergantungan pada satu jenis makanan pokok. Maka, saya bertekad untuk
kampanye ke teman-teman calon PhD itu untuk mulai makan selain atha. Kadang, saya kesal dengan mereka
yang terlalu cinta atha, akhirnya
saya pun bersumpah “Gue doain Lu semua ke luar negri!!!”.
Esoknya, suami saya bercerita
kalau kawan baik saya tertarik datang ke Bandung, mengikuti CIMPA, sebuah
konferensi internasional bidang Matematika. Saya langsung komentar “Oh,
bilangin ke dia, jangan bawa Atha, tava, dan
chakla bellen ya. Mau ke luar negri
aja repot bawa isi dapur”.
Hahaha.
*Tava = penggorengan ceper untuk memanggang rhoti
* Chakla bellen = papan bundar dan kayu silinder (rolling pin)
untuk membentuk rhoti