Kenapa Ya Kita Miskin Ide?





Saat Laskar Pelangi sedang 'panas-panasnya' , saya ditugasi mewawancarai Andrea Hirata. Beruntung, jaman itu, Andrea belum susah ditemui. Andrea mengeluhkan dunia sastra indonesia. Intinya : Indonesia sudah mempunyai banyak sekali penulis, mereka hebat dalam menuliskan kata-kata, tapi mengapa.... tema yang diangkat melulu cinta cengeng, perselingkuhan, kalaupun ada yang lebih 'high' itupun lagi-lagi berputar-putar masalah gender. "Penulis kita bagus secara tekstual, tapi secara kontekstual. ..mereka miskin," begitu kata Andrea. Mereka kurang jeli mencari 'titik berdiri' saat 'memotret' tema. Tema yang saya angkat - lanjut Andrea - memang tema yang sudah umum, tentang kemiskinan, tentang cinta, tapi saya memotretnya dari sisi yang lain. bukan kemiskinan yang melemahkan.

Saya pun berpikir. Apa iya?



Benar, dunia pernovelan kita sudah sedemikian pesatnya. komunitas-komunitas penulis ada di mana-mana. workshop-workshop penulisan digelar. rumah-rumah buku dibangun. Lahir penulis-penulis muda. Teen lit, chick lit, novel adaptasi film, juga novel-novel islam, mengalami kejenuhan tema yang diangkat.

Itu yang pertama.
Dari novel, kita ke sinetron.

Ada banyak sekali judul sinetron di TV. Kalau mau disebutkan, tentu akan sangat panjang. Antara lain saja ya (yang masih diputar dan yang barusan ending) : Cinta Indah, Cinta Fitri 1, Cinta Fitri 2, Cinta Bunga, Cahaya, Mentari, Chelsea, Jelita, Diva, Intan, Suci, Azizah, dkk. Judul banyak, tapi inti cerita? Heemm... setidaknya saya menemukan 10 persamaan sinetron-sinetron itu:
1. Tokoh utama adalah perempuan MISKIN/bodoh/ gembel/pembantu/ babby sitter (intinya yang biasanya termarjinalkan) , tapi mereka CANTIK. Contohnya, Azizah diperankan oleh Kirana Larasati, yang buta huruf dan miskin. Fitri diperankan Sheeren Sunkar, yang awal cerita berprofesi sebagai office girl perkantoran dan agak2 stupid.
2. Tokoh utama diperebutkan 2 atau 3 PRIA TAMPAN dan KAYA. (ini ada di semua sinetron)
3. Tokoh utama pria berprofesi (melulu) eksekutif muda dan dokter. (ini ada di semua sinetron) heeem, memangnya, di indonesia ini cuma ada 2 profesi itu ya?
4. Tokoh utama pria diperebutkan 2 atau 3 PEREMPUAN CANTIK (satu kaya, satu miskin. tapi si pria lebih memilih yang miskin) ini juga ada di semua sinetron.
5. Ada adegan bayi dibuang/bayi ditukar secara sengaja. Terus di masa dewasanya, mereka bertemu dan mengetahui yang sebenarnya. (Heem...)
6. Hamil pra nikah (Pastinya, ini jualan utama sinetron kita)
7. Menikah saat hamil dengan pria yang bukan ayah anak dalam kandungan (kenapa ya, pasti ada intrik seperti itu?) -- jelas melanggar syariat. memangnya boleh, nikah saat hamil? hamil pra nikahnya saja dosa.
8. Konflik disebabkan oleh dua hal : percintaan dan rebutan harta.
9. Kekerasan, kemewahan hidup, bertebaran dimana-mana.
10. dan yang pastinya, semua melanggar P3 SPS (pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran).

Nah, sayangnya, tema ini juga mewabah di 'sinetron islami', seperti Munajah Cinta (mirip banget sama AAC). Dan entah, apa yang akan diusung pada sinetron/film islami yang berikutnya.. . (KCB, Syahadat Cinta, Di Atas Sajadah Cinta, Musafir Cinta).

Itu yang kedua.
Setelah sinetron, kita ke komik.

Saya membaca artikel-artikel di sebuah blog seorang pengamat/pecinta komik. Tulisannya, awalnya memuji komikus Indonesia. "Visualnya sudah bagus, sama berkualitasnya dengan komikus Jepang" katanya. Tapi - lanjut dia - kita kalah dengan komik-komik impor. komikus kita tidak tahu harus bercerita apa. Benar, dimana-mana, yang bertebaran mayoritas komik Jepang. susah menemukan komik karya orang indonesia. Dari situs PT Elex Media Komputindo, penerbit komik milik Gramedia, kita bisa menghitung-hitung: dalam kurun satu tahun di tahun 2007, mereka menerbitkan sekitar 1119 judul komik dari Jepang. Jadi, rata-ratanya, dalam satu hari, ada 3 buah komik dengan judul baru, yang bisa disajikan ke anak-anak. (3 x 1 hari, mirip minum obat saja). Komik Indonesia? (Heemm...)

Nah, yang keempat. dari komik kita ke lagu-lagu.



Coba sebutkan mana lagu pop indonesia yang temanya bukan masalah cinta dan patah hati? Apa iya, nggak ada tema lain? Sampe-sampe ada sebuah grup band tak dikenal yang mungkin bermaksud protes dengan bikin lagu liriknya "Ini bukan lagu cinta...." (Diulang-ulang terus kalimat itu) hehehe...seakan2 pengin membuat orang 'ngeh'

Kelima,
Ini cerita seorang teman yang kerja di koran tempo. Dia pernah berbincang-bincang dengan Helmi Yahya. Waktu mau pamitan pulang, Helmi Yahya menjabat erat tangan teman saya tadi, sambil mengucapkan "Terimakasih, duduk bersama Anda membuat saya punya ide."Kemudian dia - yang juga penulis skenario - menceritakan bagaimana para penulis skenario membentuk tim-tim kecil penulis, karena begitu susahnya menemukan tema cerita.
Apa iya, sebegitu susahnya ide dicari?

Keenam, ini curhatan para orangtua sambil duduk-duduk njemput anak2nya pulang sekolah:
"Anak saya, Bu... Kalo listrik mati... Bawaannya bete melulu.."
"Iya bener, anak saya juga, kayak lap basah aja dia... di sofaa nggeletak"
"Nah, bener banget Bu. Anak saya juga. terus eh, ada yang bilang gara-gara ketergantungan sama tivi. Tapi, abis gimana ya Bu.. kalo nggak ada tivi, games, kita ngapain?"
"Iya siih... harusnya anak-anak bermain-main saja. Tapi mau main apa ya?"

Nah, yang digaris bawahi itu, sering sekali ditanyakan para orangtua. Jangankan untuk membuat novel spektakuler, sinetron bermutu, komik berkualitas, untuk BERMAIN saja...generasi muda kita - anak-anak kita bingung, nggak ada ide bermain apa. waktu itu sempat nggak sengaja baca artikel, eksperimen yng menguji kepintaran anak-anak dalam bermain (bukan video games, ya). yang ditest itu anak-anak indonesia sama non-indonesia (lupa negaranya!). hasilnya, kepintaran anak-anak indonesia dalam bermain, lebih rendah.

Lho... kok kepanjangan ya nulisnya. Hehehe.
Sebenernya,
intinya saya cuma pengin nanya: kenapa ya kita miskin ide?




Jakarta, 23 Mei 2008