Mencari Nomor 199
Selain masak bareng, nyoba mendekatkan diri dengan teman sesama orangtua murid dengan silaturahim ke rumah. Agenda saya, ke rumah Navida. Melalui SMS, Navida memberikan alamat : M. Fraz, House No. 199, Shujah Road, near Wahdat Colony.
Hari Sabtu saya berangkat berjalan kaki, bersama Abrar dan Arifa. Sekitar setengah jam kemudian, kami sampai di jalan Shujah Road. Karena tidak menemukan plang "M. Fraz, nomor 199", saya mencoba telpon Navida. Malangnya, HP tidak diangkat. Berkali-kali saya telpon, tidak diangkat.
Saya katakan kepada Abrar dan Arifa, kalau Ummi tidak menemukan plang rumah yang dituju atau tidak menemukan mobil Toyota Corolla putih milik suami Navida, maka kita pulang.
Setelah berjalan cukup jauh menyusuri Shujah Road, akhirnya saya menemukan plang "M. Fraz". Sayangnya, plang itu pecah, tepat pada bagian nomor. Saya tidak yakin yang dimaksud M. Fraz pada plang itu adalah nama yang kami tuju, karena nama orang Pakistan itu "pasaran".
Tengok kanan-kiri, aah...rasanya sudah jauh sekali mencari rumah. Saya beranikan diri memencet bel, kalau salah ya tidak mengapa.
Dan ternyata..... benar!
Tuan rumah berkali-kali minta maaf karena lupa bahwa plang nomor rumahnya pecah dan tidak mendengar saya menelpon.
Saya maklum, Pakistan.
Hari Sabtu saya berangkat berjalan kaki, bersama Abrar dan Arifa. Sekitar setengah jam kemudian, kami sampai di jalan Shujah Road. Karena tidak menemukan plang "M. Fraz, nomor 199", saya mencoba telpon Navida. Malangnya, HP tidak diangkat. Berkali-kali saya telpon, tidak diangkat.
Saya katakan kepada Abrar dan Arifa, kalau Ummi tidak menemukan plang rumah yang dituju atau tidak menemukan mobil Toyota Corolla putih milik suami Navida, maka kita pulang.
Setelah berjalan cukup jauh menyusuri Shujah Road, akhirnya saya menemukan plang "M. Fraz". Sayangnya, plang itu pecah, tepat pada bagian nomor. Saya tidak yakin yang dimaksud M. Fraz pada plang itu adalah nama yang kami tuju, karena nama orang Pakistan itu "pasaran".
Tengok kanan-kiri, aah...rasanya sudah jauh sekali mencari rumah. Saya beranikan diri memencet bel, kalau salah ya tidak mengapa.
Dan ternyata..... benar!
Tuan rumah berkali-kali minta maaf karena lupa bahwa plang nomor rumahnya pecah dan tidak mendengar saya menelpon.
Saya maklum, Pakistan.