3 "S" yang WAJIB anda kunjungi saat di Lahore!
1. SHALIMAR GARDEN
Makin Kuno, Makin Antik! Makin "emas" nilai sejarahnya, Makin tinggi tingkat "kewajiban" untuk mengunjunginya. Kalau ke Lahore, tempat yang biasanya dikunjungi WNI adalah Badsahi Masjid, Lahore Fort, dan Wahga Border (Perbatasan India - Pakistan). Sebaiknya tengok juga peninggalan kerajaan Mughal, yang selesai dibangun tahun 1641 ini. Shalimar Garden dibangun saat seni arsitektur zaman Mughal sedang mencapai puncaknya. Taman ini juga masuk daftar peninggalan dunia yang harus dilestarikan. Datanglah dan berimajinasi melihat raja-raja sedang bersenda gurau atau berdiskusi politik di dekat bunga-bunga. Hehehehe. Karena wajah kami "artis", jadi tiketnya beda. Pribumi pakistan cukup sekitar Rs. 20. Kalau "artis" seperti kita, sekitar Rs. 500 (rupee Pakistan).
2. SOEKARNO BAZAAR
Kita pernah punya Presiden pemberani, cerdas, dan gagah. Selain itu, Beliau juga berjasa pada negara-negara lain. Tak jauh dari Shalimar Garden, berdirilah Soekarno Bazaar, pasar tradisional yang sudah tua umurnya, yang mengenang nama Presiden kita.
Kita pernah punya Presiden pemberani, cerdas, dan gagah. Selain itu, Beliau juga berjasa pada negara-negara lain. Tak jauh dari Shalimar Garden, berdirilah Soekarno Bazaar, pasar tradisional yang sudah tua umurnya, yang mengenang nama Presiden kita.
3. SALT N PEPPER VILLAGE
Saya orang desa. Di Lahore, sekeliling kami adalah para perantau dari desa. Mereka kemudian permanen hidup di Lahore. Saat hidup dengan mereka, saya merasakan rasa-rasa kuliner khas "desa". Paratha yang dibuat dari cinta kasih tangan orang desa, gorengan pakora orang desa, dahin baray orang desa, shami kebab orang desa. Saya suka nuansa desa. Makanya, saya lebih cocok dengan restoran Salt 'n Pepper Village yang berada di wilayah Gulberg. Dekorasi restorannya "desa", makanannya rasa "desa". Serasa saya pulang kampung, bertemu dengan "desi family" dari desa jika saya duduk di restoran ini. Beberapa makanan dibuat secara langsung di depan pembeli. Jika pagi, boleh sarapan per menu. Tapi kalau makan siang, nge-teh, atau makan malam, sistemnya buffet. Kalau ingin hemat, pakai ATM HBL, dapat diskon. Hehehe. Makanlah sekenyangnya sembari mendengarkan musik tradisional. Setelah itu boleh rebahan di charpai dekat parkir mobil. Hehehe.
Saya orang desa. Di Lahore, sekeliling kami adalah para perantau dari desa. Mereka kemudian permanen hidup di Lahore. Saat hidup dengan mereka, saya merasakan rasa-rasa kuliner khas "desa". Paratha yang dibuat dari cinta kasih tangan orang desa, gorengan pakora orang desa, dahin baray orang desa, shami kebab orang desa. Saya suka nuansa desa. Makanya, saya lebih cocok dengan restoran Salt 'n Pepper Village yang berada di wilayah Gulberg. Dekorasi restorannya "desa", makanannya rasa "desa". Serasa saya pulang kampung, bertemu dengan "desi family" dari desa jika saya duduk di restoran ini. Beberapa makanan dibuat secara langsung di depan pembeli. Jika pagi, boleh sarapan per menu. Tapi kalau makan siang, nge-teh, atau makan malam, sistemnya buffet. Kalau ingin hemat, pakai ATM HBL, dapat diskon. Hehehe. Makanlah sekenyangnya sembari mendengarkan musik tradisional. Setelah itu boleh rebahan di charpai dekat parkir mobil. Hehehe.
Nah, kalau Anda dari Islamabad, jangan lupa "S" yang keempat, yaitu SHEZAN BAKERY. Kata orang Islamabad, di Lahore ada ROTI LAHORE. Lha saya bingung sebagai orang Lahore, semua roti di Lahore ya roti Lahore. Oh, ternyata namanya LEMON BREAD dan MIX FRUIT BREAD. Jadi teman-teman, kalau ke Shezan, jangan tanya roti lahore ya, si Bhai tidak tahu. Enak ya ternyata, mirip roti sarikaya. Murah lagi, cuma Rs.75 bisa mengenyangkan perut.
Lahore kota Indah, penuh sejarah. Pantes saja Propinsi Punjab India kebingungan mencari "ibukota" saat British membagi-bagi wilayah menjadi Pakistan dan India. Tentu saja, Propinsi Punjab Pakistan mendapat Lahore.