Salah Paham Tentang Suami
Hari ahad, saya menghadiri acara silaturahim teman-teman Indonesia di Lahore. saya mengobrol dengan teman saya yang sudah 20 tahun di Lahore, belum pernah sekalipun mudik ke Indonesia.
Teman : Main ayo Mba Isti, ke rumahku...
Saya : Iya Bu, insyaallah. Tapi saya bingung kalau mau main-main....
Teman : Minta antar suami saja, laki-laki itu 'kan wawasannya luas...
Saya : Masalahnya, suami saya nggak paham betul Lahore Bu....
Teman : Ya 'kan bisa tanya-tanya....
Saya : Tapi saya dan suami tidak bisa bahasa Urdu, Bu....
Teman : Lho kok bisa, orang Pakistan kok nggak bisa bahasa Urdu? Gimana itu?
Saya : (??????). Suami saya 'kan orang Indonesia Bu..... wong jowo.....
Kejadian itu bukan sekali atau dua kali saja terjadi. Saya sudah mengenalkan diri sebagai keluarga murni Indonesia, tapi tampaknya susah diingat orang. Mungkin sudah benar-benar tertanam memori, jika ada wanita Indonesia di lahore, berarti itu karena dia menikah dengan orang Pakistan.
Lain waktu, dengan orang yang berbeda....
Teman : Ooh...jadi suami Mba Isti sedang kuliah S3 di Lahore...
Saya : Betul Ibu....
Teman : Jadi Mba Isti itu istrinya Mas Agung toh?
Saya : (????????????) Bukan Ibu..... Mas Agung memang mahasiswa Indonesia yang sedang S3 di sini, tapi sekarang ada mahasiswa satu lagi, sama-sama sedang S3. Itu suami saya, namanya Mas Baskoro.
Kejadian ini pun bukan sekali atau dua kali saja terjadi. Saya sudah mengenalkan diri saya, nama suami saya, dan anak-anak saya, tapi tampaknya susah diingat orang. Mungkin sudah benar-benar tertanam memori, mahasiswa S3 asal Indonesia di Lahore adalah Mas Agung. Beliau sendiri menamakan dirinya sebagai "ketua mahasiswa abadi". (Aduh, jangan mahasiswa abadi ya, semoga cepat lulus).
Tapi karena saya dianugerahi mulut yang suka mengobrol, jadi saya merasa tidak perlu membawa name tag saat pertemuan dengan orang Indonesia "SAYA ISTRI BASKORO"