Palestina dan Para Istri
Setengah bulan lebih Israel memborbardir Jalur Gaza. Hari yang seharusnya membahagiakan, tahun baru Muharam 1430, ternyata harus diwarnai tayangan-tayangan serangan Israel yang tak punya hati itu. Ribuan warga Palestina meninggal, ribuan pula harus menanggung luka-luka perih. Warga dunia terpekik, terharu, menangis, melihat ledakan-ledakan yang intens ditayangkan di berbagai saluran televisi. Sementara, di sebuah ruang makan keluarga Israel, mereka tertawa terbahak-bahak menyaksikan peristiwa yang mereka sebut "pesta kembang api".
PBB bungkam, tak mampu berkutik menghentikan laju rudal-rudal Israel. Berbagai perjanjian telah dibuat. Sudah ratusan rekomendasi dihasilkan dari konferensi ke konferensi, seminar atau simposium tingkat dunia. Sudah puluhan resolusi lahir dari rahim PBB. Namun sampai detik ini,
Israel tetaplah bagai jagoan tak terkalahkan. Ketidakadilan, sekali lagi, kita saksikan begitu melenakannya. Betapa kumpulan "orang hebat" di PBB tak berfungsi sama sekali dalam kondisi ini.
Israel tetaplah bagai jagoan tak terkalahkan. Ketidakadilan, sekali lagi, kita saksikan begitu melenakannya. Betapa kumpulan "orang hebat" di PBB tak berfungsi sama sekali dalam kondisi ini.
Jika tak ada iman, maka habislah harapan.
Harapan akan sembuhnya luka-luka dunia Islam...
Saya yakin, Allah akan selalu membukakan jalan bagi orang-orang yang tidak berputus asa.
Mungkin saat ini kita hanya bisa memberikan solusi keping-keping rupiah, informasi dari satu email ke email lain, atau luapan semangat berdo'a dalam sujud-sujud panjang. Tapi, lihatlah secuil kehidupan di rumah-rumah aktivis dakwah saat ini. Dakwah memasuki tahap baru, yang ditandai dengan banyaknya istri yang berpisah dengan suami mereka, anak-anak yang ditinggalkan Ayahnya. Begitu bergeloranya para kepala rumah tangga ini untuk menuntut ilmu setinggi-tinginya. Mereka bersemangat mematangkan kompetensi dan mencari legitimasi akan keilmuannya, meski harus ke seberang, meninggalkan anak dan istri mereka.
Saya masih yakin...
Suatu saat, mereka inilah yang akan meneruskan perjuangan. Bukan pejuang yang memanggul senjata atau menjatuhkan rudal. Mereka akan menjadi pejuang, di konferensi-konferensi internasional. Perjuangan mereka bukanlah mentargetkan pendudukan suatu wilayah atau pemusnahan satu generasi, tapi merekalah yang akan merumuskan kebijakan-kebijakan yang signifikan untuk kembali mendapatkan harga diri Islam. Merekalah yang akan menghapus kebijakan-kebijakan oportunis, menggerus kebijakan-kebijakan kapitalis.
Saya pun yakin...
Sebuah tata dunia yang penuh kasih sayang dan keadilan akan tercipta.
Pondok Kelapa, 15 Januari 2009
Untuk saudari-saudariku yang ikhlas berpisah dengan suami untuk sementara waktu..