Film : The Snow White Murder Case (2014)
Pertama mendengar judul film ini, saya ragu. Film Jepang? Saya 'kan pecinta film India yang full musik dan lagu, bagaimana mungkin bisa menikmati film Jepang? Lagipula, saya kan pecinta film genre drama komedi dan roman, bagaimana mungkin bisa menikmati film misteri yang menegangkan? Melihat adegan Shaun The Sheep memegang palu saja saya tutup mata, melihat adegan beruang terkena palu oleh Masha saja saya tutup mata. Tapi, baiklah, coba saya tonton. Saya menggunakan laptop yang bisa dipercepat dan sensor pribadi.
Adegan berbahaya : seks dan kekerasan, darah berceceran. Menurut saya, penggambarannya eksplisit. Harus disensor. Bisa kena tegur KPI.
Muatan penting : berhati-hatilah dengan kicauan di twitter, karena bisa membahayakan hidup orang lain dan diri sendiri.
Hal menarik : Cerita yang sangat bagus, alur menarik (maju-mundur) namun mudah dipahami, musik yang indah, penggambaran karakter yang sangat mendukung, sinematografi yang keren.
Saya suka make-up dan akting Mao Inoue yang berperan sebagai Miki Shirono. Mao Inoue itu sebenarnya sangat cantik, tapi di film itu dia bisa menghidupkan peran Miki Shirono, gadis tidak cantik, jauh dari kata ideal, lugu, polos. Dia berkostum rapi, tapi penonton bisa melihat dia tidak cantik, sangat njomplang bila disandingkan dengan Noriko (diperankan oleh Nanao) yang cantik serupa dengan snow white. Berbeda dengan sinetron-sinetron atau FTV di Indonesia. Kalau mau menggambarkan orang lugu pakai kacamata tebal, baju kedodoran, kemeja dikancing sampai atas, rambut gaya lawas. Khas Indonesia sekali.
Saya suka film ini, karena ternyata tidak "sesepi" yang saya bayangkan. Ada musik indah dari Sherizawa Brother (diperankan oleh grup Tsukemen). Musik yang sangat menusuk hati, "All Alone in the World"
Di Film ini yang menarik adalah di awal cerita kita mengenal tokoh-tokoh sebagai protagonis, tapi ternyata dia antagonis. Sebaliknya, yang digambarkan antagonis ternyata protagonis. Di sini ada pemeran utama, ada tokoh jahat, tapi saya tidak tahu siapa jagoan film ini. Menurut saya, tidak ada jagoan di film ini. Dan ya memang, tidak selalu 'kan film harus ada jagoannya. Film yang bagus juga (menurut saya) adalah yang susah ditebak endingnya. Di film ini, saya menebak-nebak ending cerita, dan semua tebakan saya salah.
Paling menarik lagi, film ini membahas stereotype bahwa cantik itu putih, rambut panjang, dan tinggi. Dua perempuan "cantik" dalam film ini ternyata berwatak sangat busuk, selalu ingin menang, dan suka membully. Permasalahan yang muncul di film ini juga karena ada bullying oleh si cantik kepada orang-orang di sekitarnya.
Ada satu adegan, narasumber berita mengatakan bahwa di kantor Miki Shirono selalu diperintah bos untuk membuat teh di dapur, sedangkan si cantik Noriko-lah yang diminta menyambut para tamu. Dengan analisis pribadi yang "ngawur" si narasumber menganalisis seperti ini : Mungkin Miki Shirono iri dengan Noriko atas perlakuan bos, sehingga dia berinisiatif membunuh Noriko. Padahal yang terjadi adalah Noriko sangat bodoh dalam hal urusan dapur, membuat teh saja tidak bisa. Sedangkan Miki Shirono sangat jago urusan dapur.
Adegan menarik lainnya adalah bagaimana seorang wartawan bernama Yuji Akahoshi (diperankan oleh Gou Ayano) yang sudah mengobrak-abrik tersangka pembunuhan melalui twitter-twitternya dan program TVnya, ternyata dia sama sekali tidak mengenali wajah tersangka. Di ending cerita, dia yang sedang stress karena dipecat atas kesalahan fatalnya, hampir tertabrak oleh seorang gadis. Gadis yang mau menabrak itu meminta maaf atas ketidasengajaanya, dan Yuji mengabaikan gadis itu. Ternyata si gadis itu adalah Miki Shirono, seorang yang sudah dihancurkan hidupnya oleh twitter Yuji (dengan akun RED_STAR).
Banyak yang saya puji dari film karya Yoshihiro Nakamura ini. Film ini berdasarkan novel "Shiro Yuki Hime Satsujin Jiken" karya Kanae Minato (2012)
Sinopsis :
Film ini bercerita tentang pembunuhan keji terhadap Noriko, salah satu karyawan perusahaan sabun Snow White. Seorang wartawan kelas teri bernama Yuji Akahoshi ingin menyelidiknya sebagai terobosan karirnya. Fatalnya, dia selalu menguggah komentar-komentarnya di twitter, sehingga terciptalah opini publik bahwa tersangka pembunuhan adalah rekan kerja yang iri hati kepadanya, bernama Miki Shirono. Berita yang Yuji bawakan akhirnya menjadi tren teraktual di stasiun televisi tempatnya bekerja. Yuji merasa berhasil! Namun sebuah akun twitter mengingatkan agar berhati-hati dengan setiap perkataan orang. Pemilik twitter ini adalah Yuko Tanimura (diperankan oleh Shihori Kanjiya), teman SD Miki Shirono. Usai mendengarkan kisah Yuko tentang Shirono kecil, Yuji kebingungan mana yang dipercaya, narasumber yang mana. Namun menghilangnya Miki Shirono sejak malam pembunuhan menjadikan publik media sosial sangat yakin bahwa Shironolah pembunuhnya. Bahkan orangtua Shirono pun meminta maaf kepada publik. Dalam kondisi stress, Miki Shirono mencoba menulis apa yang sebenarnya terjadi, siapa diri dia di waktu kecil, remaja, dan setelah menjadi karyawan perusahaan sabun Snow White. Dia juga menulis bahwa dia melarikan diri dan bersembunyi di hotel karena tidak sengaja menjatuhkan Masaya ke tangga, salah satu personil grup musik Sherizawa Brother, saat Masaya dikejar-kejar oleh para penggemarnya di malam konser musik. Usai menulis pernyataan, Shirono mencoba menggantung diri. Namun belum berhasil mengikat leher, ada sebuah breaking news bahwa pembunuh sebenarnya sudah tertangkap, yaitu Risako Kano (diperankan Misako Renbutsu).
Sebuah ending yang sangat tidak disangka-sangka. Siapa Risako? Mengapa Risako membunuh? Dia seorang lulusan Universitas Terbaik 'kan? Bukankah dia tidak punya masalah dengan Korban?
Mungkin bagi pencinta film misteri, film ini kurang misterius, di mana tidak ada jagoan yang dengan akal cerdiknya me
nyelidiki siapa pembunuh sebenarnya. Risako tiba-tiba mengakui, film selesai. Tetapi saya rasa "pembunuhan" bukanlah inti utama cerita ini. Hal utama yang ingin disampaikan adalah media sosial bisa menjadi sangat kejam di tangan orang yang salah.
nyelidiki siapa pembunuh sebenarnya. Risako tiba-tiba mengakui, film selesai. Tetapi saya rasa "pembunuhan" bukanlah inti utama cerita ini. Hal utama yang ingin disampaikan adalah media sosial bisa menjadi sangat kejam di tangan orang yang salah.