Diary Cucu Lucu Part 4: Wahana Terseram
Di Lahore ada semacam amusment park. Wahana yang pernah kami
naiki berempat adalah kincir raksasa dan cangkir raksasa. Kami mencoba sekali
dan saya memutuskan untuk tidak naik lagi.
“Aduh seram banget, Nak, muternya kenceng banget, ummi abi
sampai rumah masih pusing nih”, kata ummi. Abi malah muntah-muntah sampai
rumah.
“Mas Abrar nggak pusing”, kata Abrar.
“Dik Arifa juga, asyik:, kata Dik Arifa.
Lalu kami menjelaskan, seharusnya wahana yang diperuntukkan
untuk family dan membawa anak-anak kecil diputarnya tidak sekencang di Lahore.
Namun memang khasnya Pakistan, apa-apa ngebut, jadi wahana yang buat keluarga
pun dibuat ngebut.
Kami pun menjelaskan ada beberapa macam wahana yang hanya
boleh dinaiki saat anak-anak sudah besar, semacam halilintar, roller coaster,
dan wahana-wahana seram lain di Dunia Fantasi Ancol.
“Seram ya, Mi?”
“Seram banget, ummi pernah mencoba, tapi yang di Taman
Safari Jawa Timur, ummi teriak-teriak mau nangis”.
Tak lama, mereka bermain kuda-kudaan. Abi jadi kuda,
anak-anak naik.
“Ummi mau tahu wahana paling seram?”, tanya Mas Abrar.
“Apa?”
“Ini.”
Mas Abrar naik “kuda” abi, terus sambil berdiri di punggung kuda dan kudanya
berjalan mengelilingi kamar.
Karena Abi kecapaian, anak-anak mebuat kuda dari kasul dan
bantal yang ditumpuk-tumpuk, sangat tinggi.
“Wahana terseraaam….”, Abar naik, bantal bergoyang-goyang,
lalu Abrar terjatuh ke kasur dan mental ke lantai.
“Duk!!!”, bunyi kepala mencium lantai.
“Huaaaaa….huaaaa….huaaa….”, Abrar menangis kencang.
Memang, terseram. J