Dunia Nyata yang Maya, Dunia Maya yang Nyata (2)
Sejak
maraknya media sosial, banyak orang yang hidup di dua dunia, dunia nyata dan
dunia maya.
Semua pencitraan diri,
bisa dilakukan di dunia maya. Sehingga, apa yang orang lain tahu tentang diri
kita, adalah seperti apa yang kita bentuk di dunia maya. Siapa kita, di dunia
maya, benar-benar seakan menjadi nyata.
Semakin jauhnya jarak
seseorang, tidak menjadi masalah, karena dengan gadget di tangan, seakan-akan
kita sedang bersama mereka.
Menjadi masalah adalah
ketika ternyata yang dibentuk di dunia maya ternyata berkebalikan dengan
kenyataan di dunia nyata.
Itu pertama.
Menjadi masalah lagi
adalah ketika citra tentang diri kita dibentuk oleh seseorang atau sekelompok
orang, sehingga tercipta opini publik tentang siapa kita. Saking kuatnya opini publik
tentang “siapa kita”, membuat kita seperti tidak lagi bisa mengenali diri kita
sendiri.
Dan itulah yang
terjadi pada Miki Shirono, tersangka kasus pembunuhan Noriko, rekan kerjanya di
perusahaan sabun SnowWhite.
Bahkan hingga akhir
cerita, Shirono sangat putus asa, tidak lagi bisa mengenali dirinya sendiri,
dan hendak bunuh diri. Opini yang tercipta di publik via Twitter dan televisi
sudah begitu menguat bahwa Shironolah pembunuh Noriko.
Beruntung, melalui
penyelidikan kepolisian, sang pelaku pembunuhan sebenarnya akhirnya mengaku.
Dialah Risako Kano. Seorang yang diduga ‘psikopat’,
Maka, dalam cerita
ini, sebenar-benar antagonis selain Risako adalah Yuji Akahoshi. Yuji, wartawan
yang selalu mengoceh di twitternya, hingga tidak bisa membedakan mana fakta,
opini, persangkaan, tuduhan dan membungkus semua itu menjadi sebuah opini publik.
MENYERAMKAN. Media sosial
sungguh menyeramkan.
Untung, kejadian ini hanya
ada di film “The Snow White Murder Case
(2014)”.