BEST SCENES : Bergembiralah, Ka'ab!

Best Scenes. 
Ini adalah satu segmen baru di blog saya. Saya sering terkagum-kagum dengan kisah Rasulullah dan para sahabat. Saya sering bermimpi, bisa menuliskan dan menceritakannya dengan semenarik mungkin untuk Abrar dan Arifa. Best Scene adalah salah satu adegan yang menurut saya bagus sekali, dan selalu ingin saya ingat.

Saya sedang terpikat dengan Ka'ab. Ka'ab Bin Malik. Ini Best Scenes-nya.


Bergembiralah, Ka'ab!


KOTA MADINAH, SUATU SHUBUH

Usai memimpin sholat berjamaah, Rasulullah memberikan sebuah pengumuman. Luapan kegembiraan pun tak terkira. Untaian rasa syukur terucap.  Ada yang tersenyum lebar, ada yang bersujud. Orang-orang berhambur keluar masjid. Ada yang berlari, ada yang berkuda, ada yang berlari cepat bahkan mendahului cepatnya kuda berlari. Semua karena satu hal:  gembira. Semua bergembira. Semua ingin  menemui seseorang.

SAHABAT
(Nafasnya naik turun, tidak bisa berkata-kata)

KA'AB BIN MALIK
Akhi, Kenapa, ada apa?

SAHABAT
(Tersenyum lebar, memeluk Ka'ab dengan erat)

KA'AB BIN MALIK
Ada apa?

SAHABAT
Bergembiralah, Ka'ab!

Serta merta Ka'ab Bin Malik bersujud. Luapan kegembiraan begitu jelas di wajahnya. Dilepasnya satu lapis pakaian, diberikannya kepada sahabat yang memberi kabar. Dilepasnya satu lapis pakaiannya lagi, diberikan kepada sahabat yang lain.

KA'AB BIN MALIK
Jazakallah,
Jazakallah Khairaan.,....

Ka'ab berlari, berlari dengan gembira, berlari terus. Hingga sampai di sebuah masjid, Ka'ab menemui seseorang.


KA'AB BIN MALIK
Ya Rasulullah, apakah pengampunan ini dari Allah atau darimu?

RASULULLAH SAW
(Tersenyum lebar dan memeluk Ka'ab)
Dari Allah  


Ka'ab bergetar, tangis dan senyum bercampur. Ka'ab bersimpuh, bersujud. Ini adalah hari yang sangat menggembirakan. Dengan suara bergetar, Ka'ab membaca ayat pengampunan:


“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka,
hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas, 
dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, 
serta telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah melainkan kepada-Nya saja. Kemudian, Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. 
Sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” 
(At-Taubah: 118)


Maka, berakhirlah kisah pilu hukuman empat puluh hari dikucilkan oleh orang-orang sekota Madinah, ditambah sepuluh hari dijauhi istri. Hukuman karena lengah tidak mengikuti perintah ikut serta di perang Tabuk, padahal tidak ada halangan apapun pada dirinya.


Bukan hanya dikucilkan, Ka'ab juga mendapat ujian berat yang membakar hati. Terkirim utusan Raja Ghassan, yang menawarkan sepucuk surat, "jika masyarakat Madinah menjauhimu, datanglah kepada kami". Surat yang akhirnya dibakar oleh Ka'ab.


Sungguh, didiamkan Rasulullah dan orang-orang beriman selama 50 hari itu lebih baik daripada dihibur oleh Raja Ghassan dan pengikutnya.