PhD : Are You Moslem?
Ada satu hal yang menyebalkan
jika saya keluar ke tempat-tempat umum di kota Lahore. Di sebuah toilet
terminal bus, saya membuka cadar saya. Beberapa wanita langsung menatap saya.
Salah satu bertanya “Are you moslem?”. Atau misalnya di taman, pernah seseorang
menghampiri dan bertanya “Are you moslem?”. Pertanyaan ini menyebalkan buat saya, karena
sudah tahu saya memakai gamis, kerudung lebar, dan cadar, masih saja ditanya. (Elus dada!) Padahal diantara yang bertanya masih ada yang belum sempurna kerudungnya (masih menampakkan leher, telinga, rambut, dan dada).
Namun, kasus saya masih lebih
mendingan. Ada seorang santri laki-laki dari Indonesia yang tinggal di kota Karachi.
Dia berpakaian celana jeans dan kaos. Usai sholat berjamaah di sebuah masjid,
seorang jamaah di sampingnya bertanya “Are you moslem?”. (Tepok jidat!)
Nah, beberapa saat kemudian, dia
pergi ke kota Multan. Dengan berpakaian gamis ala santri dan sorban, dia memberikan ceramah di sebuah masjid
dalam bahasa Urdu. Usai ceramah satu jam, seorang jamaah yang sedari tadi
mendengarkan ceramahnya, bertanya “Are you moslem?”. (Elus dada, tepok jidat, sama tepok kepala orang yang bertanya)