Diary Cucu Lucu Part 4 : Tinggal di Singapura

Abi dan Abrar pulang dari masjid di dekat rumah. Abrar lari kencang. Dari arah berlawanan ada motor melaju kencang. Hup! Alhamdulillah, tidak terjadi apa-apa.

Abi : Mas, jangan lari di jalanan depan rumah! Di sini orang-orangnya tidak tahu aturan, ngebut di jalan perumahan. Sama seperti di Indonesia.
Abrar : Abi, kenapa kita tidak tinggal di Singapura aja? 

Hemmm.... 
Di media sosial, ramai teman-teman di Indonesia "bercanda" ingin pindah dari negara Indonesia karena situasi politik yang ruwet. Di Pakistan pun, teman-teman Indonesia "bercanda" ingin pindah dari negara Pakistan karena situasi keamanan yang tidak stabil. 

Abrar tidak mengetahui dua hal tersebut. Tetapi bagi Abrar, negara yang layak dihuni adalah negara yang orang-orangnya mematuhi aturan, seperti Singapura. Hanya sebentar berkunjung ke Singapura, tapi rupanya sangat membekas dalam pikiran Abrar. Naik tangga berjalan harus di sebelah kiri, menunggu kereta api harus di belakang garis, membuang sampah di tempatnya, tidak makan dan minum dalam kereta api, menyebrang jalan harus di zebra cross dan sesuai rambu-rambu lampu petunjuk menyebrang jalan, dilarang meludah sembarangan, mengantri saat membeli tiket, dan banyak sekali aturan yang menempel dalam pikiran Abrar.  

Rupanya, adanya aturan dan orang-orang yang mentaati peraturan itulah yang menarik untuk Abrar. Kalau Indonesia tidak segera berbenah, saya khawatir generasi yang akan datang, tidak betah tinggal di Indonesia.