Bisa Jadi Rezekimu Sungguh Dekat
“Bisa jadi,
rezekimu hanya berjarak lima langkah lagi”
“Bisa jadi,
rezekimu akan terbuka hanya dengan lima kata ”
Dalam memilih teman, apalagi lain kewarganegaraan,
tentu saja harus selektif. Maka, bertemanlah saya dengan seseorang yang saya
anggap “sholehah”. Apa cirinya, dia menutup aurat dengan bagus, memakai niqab,
dan banyak hal dari argumen-argumennya yang menandakan dia paham ilmu Islam.
Kami berteman baik. Dalam perjalanannya, kami sama-sama dilanda masalah yang
sama. Kami pun berdiskusi mencari bagaimana seharusnya sikap kita.
“Kamu tenang saja, Allah akan memberi yang terbaik,
mari kita berdoa”. Begitulah sikap dia. Terdengarnya bagus dan menenangkan. Saya pun sepakat.
Hingga beberapa waktu berjalan, masalah tetap ada. Dia
pun selalu mengatakan hal yang sama. Lama-lama saya kesal. Bagaimana masalah
bisa selesai, sementara dia diam tidak berusaha. Dia hanya mengandalkan doa.
Oh, saya tidak bermaksud mengatakan doa itu tidak penting. Doa itu penting,
tapi harus ada usaha. Apapun usahanya, asal halal, Allah pasti akan menghargai.
Saya punya pengalaman, saat
di Indonesia. Waktu itu saya butuh uang. Masak
iya saya hanya “Ya Allah, beri saya uang, beri saya uang”. Sementara saya
hanya duduk di sajadah, tidak melakukan apapun. Tidak mungkinlah ada uang jatuh
dari langit, pluk, lalu saya bisa
belanja. Meski saya tidak bekerja dan sumber uang dari gaji suami, saya tetap
“berusaha” agar saya dinilai pantas mendapatkan uang dari Allah. Bagaimana
caranya? Lepas berdoa, saya beres-beres rumah. Saya tergerak untuk merapikan
barang-barang tua. Ada tas saya yang sudah rusak. Di dalamnya ada dompet saya
yang juga sudah rusak. Iseng, saya buka dompet saya. Ada uang! Empat ratus ribu
rupiah. MashaAllah. Ya....memang ini uang saya, tapi akibat lupa, uang itu
untuk beberapa bulan menjadi “tanpa status”. Kemudian, Allah memberi petunjuk
kepada saya dan uang itu kembali menjadi rezeki saya. Nah, berarti benar saat
itu, ibaratnya “rezeki saya hanya berjarak lima langkah dari saya”.
Kisah lain, tujuh tahun lalu, saya berdoa “Ya
Allah, beri saya jodoh, beri saya jodoh!”. Waktu itu, saya merasa sudah butuh
menikah. Masak iya saya hanya duduk
di sajadah, kemudian berharap cling! ada
pangeran tampan yang mengatakan “Will you
marry me?” Saya pun tetap berusaha, agar Allah menilai saya pantas menikah.
Caranya bagaimana? Tentu berbeda-beda setiap orang, tergantung seperti apa
jodoh yang diinginkan. Mau jodoh yang baik, berusaha menjadi baik. Setelah itu,
Allah memberi “pertanda” tentang siapa jodoh saya, melalui perasaan luar biasa
penasaran. Tapi selama beberapa bulan, saya abaikan rasa penasaran itu. Namun,
usai berdoa untuk kesekian kalinya “Ya Allah, beri saya jodoh, beri saya jodoh”,
Allah menggerakkan saya untuk mengirimkan SMS kepada sahabat saya yang sudah
menikah, dan bertanya “Siapakah ikhwan bersarung tangan itu?”. Dan ternyata, lima kata itulah yang kunci dari gerbang rezeki
jodoh saya. Terbukalah jalan menuju pernikahan. Nah, berarti benar saat itu,
ibaratnya “rezeki saya akan terbuka hanya dengan lima kata”.
Kembali ke paragraf pertama, tentu saja, saya
tidak sepakat dengan sikap teman saya, yang melulu hanya mengatakan “Kamu
tenang saja, Allah akan memberi yang terbaik, mari kita berdoa”. Oh, silahkan
berdoa saja teman! Saya untuk sementara akan menghindar dari orang-orang
seperti ini, karena melemahkan ikhtiar. Sampai jumpa!