Pakistan Houswife Diary (PHD) : Ji Wife
Pernah mendengar judul film "Yes Man"? Ini film komedi Amerika Serikat tahun 2008, berdasarkan buku "The Yes Man" yang ditulis Danny Wallace. Bercerita tentang seseorang yang berusaha selalu mengatakan "Ya" kepada setiap permintaan orang.
Ups, saya tidak akan mengulas film ini, karena belum pernah menontonnya. Saya mau mengulas kehidupan suami istri Pakistan..
Alkisah, dahulu kami bertetangga dengan sebuah keluarga Pakistan. Bangunan rumah yang kami sewa ada dua lantai, lantai dua untuk kami, lantai pertama untuk mereka. Setiap percakapan di dapur kami, kalau terlalu keras, pasti terdengar dari lantai pertama. Begitupun percakapan dari dapur lantai pertama.
Hampir setahun kami bertetangga, saya belum pernah mendengar sang istri mengatakan "nahi" atau tidak kepada suaminya. Hampir selalu mengatakan "Ji" atau ya.
Suami : Xxvxhshsgskahagkhtwqw?
Istri : Ji
Suami : Qwwrrvagabbahytfdh?
Istri : Ji
Suami : Khgjdhdndydgtrkwhi?
Istri : Ji
Maka terbentuklah persepsi saya tentang istri Pakistan. Dialah "Ji Wife", seorang istri yang selalu mengatakan "Ya" kepada suaminya. Penurut, patuh, atau terlalu penakut. Entahlah, mana yang benar.
Tapi, kepada anaknya yang umur lima tahun, kebalikannya, hampir selalu dia mengatakan "Nahi" atau tidak.
Anak : Mama, saya mau main itu.
Mama : Nahiiiiiiiii! (sambil teriak)
Anak : Mama, mau ini.
Mama : Nahiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!
Maka, terbentuklah persepsi kedua, seorang Ibu Pakistan adalah seorang "Nahi Mama", yang selalu melarang anaknya untuk melakukan ini dan itu.
Apakah persepsi saya benar dan berlaku umum? Saya pun melakukan survei lanjutan. Tetangga saya itu pindah ke luar kota, diganti keluarga lain. Seorang janda bertemu duda, masing-masing mempunyai anak kandung perempuan usia 7 dan 8 tahun.
Hampir selama tiga bulan bertetangga, tetangga saya ini meruntuhkan persepsi saya tentang "Ji Wife". Dia sering sekali mengatakan "Nahi" kepada suaminya dengan nada teriak. Sementara suaminya, laki-laki penurut yang mengatakan "Ji" dan "Ji" kepada istrinya.
Sedangkan kepada anak tirinya, sang Mama tidak pernah berteriak "Nahi". Wah, berarti ibu yang baik dong? Bukan. Dia tidak pernah berteriak Nahi dan juga tidak pernah bicara "Ji", bahkan tidak pernah mengajak bicara anak tirinya. Yang dia lakukan adalah pukulan, dan pukulan.
Ups, saya tidak akan mengulas film ini, karena belum pernah menontonnya. Saya mau mengulas kehidupan suami istri Pakistan..
Alkisah, dahulu kami bertetangga dengan sebuah keluarga Pakistan. Bangunan rumah yang kami sewa ada dua lantai, lantai dua untuk kami, lantai pertama untuk mereka. Setiap percakapan di dapur kami, kalau terlalu keras, pasti terdengar dari lantai pertama. Begitupun percakapan dari dapur lantai pertama.
Hampir setahun kami bertetangga, saya belum pernah mendengar sang istri mengatakan "nahi" atau tidak kepada suaminya. Hampir selalu mengatakan "Ji" atau ya.
Suami : Xxvxhshsgskahagkhtwqw?
Istri : Ji
Suami : Qwwrrvagabbahytfdh?
Istri : Ji
Suami : Khgjdhdndydgtrkwhi?
Istri : Ji
Maka terbentuklah persepsi saya tentang istri Pakistan. Dialah "Ji Wife", seorang istri yang selalu mengatakan "Ya" kepada suaminya. Penurut, patuh, atau terlalu penakut. Entahlah, mana yang benar.
Tapi, kepada anaknya yang umur lima tahun, kebalikannya, hampir selalu dia mengatakan "Nahi" atau tidak.
Anak : Mama, saya mau main itu.
Mama : Nahiiiiiiiii! (sambil teriak)
Anak : Mama, mau ini.
Mama : Nahiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!
Maka, terbentuklah persepsi kedua, seorang Ibu Pakistan adalah seorang "Nahi Mama", yang selalu melarang anaknya untuk melakukan ini dan itu.
Apakah persepsi saya benar dan berlaku umum? Saya pun melakukan survei lanjutan. Tetangga saya itu pindah ke luar kota, diganti keluarga lain. Seorang janda bertemu duda, masing-masing mempunyai anak kandung perempuan usia 7 dan 8 tahun.
Hampir selama tiga bulan bertetangga, tetangga saya ini meruntuhkan persepsi saya tentang "Ji Wife". Dia sering sekali mengatakan "Nahi" kepada suaminya dengan nada teriak. Sementara suaminya, laki-laki penurut yang mengatakan "Ji" dan "Ji" kepada istrinya.
Sedangkan kepada anak tirinya, sang Mama tidak pernah berteriak "Nahi". Wah, berarti ibu yang baik dong? Bukan. Dia tidak pernah berteriak Nahi dan juga tidak pernah bicara "Ji", bahkan tidak pernah mengajak bicara anak tirinya. Yang dia lakukan adalah pukulan, dan pukulan.