Pakistan Houswife's Diary (PhD) : Biarkan Apinya Membara
Biarkan apinya membara.
Menyala.
Membakar
Biarkan!
Baca puisi sambil menekan tombol kompor ke arah maksimum. Sedang memasak Ghost Daal Chana (Daging sapi dicampur kacang chana). Hehehe.
Ohya, saya mau cerita salah satu kelebihan Pakistan (diantara sekian banyak kekurangannya). Salah satunya adalah murahnya tagihan gas rumah. Kami menggunakan Compressed Natural Gas (CNG) Satu bulan tagihan hanya sekitar Rs. 140 (atau sekitar 14.000 rupiah). Oh, gas ini menurut saya lebih aman dibanding LPG. Rhiksaw (bajaj) atau mobil di sini pun menggunakan bahan bakar CNG.
Nah, berhubung musim dingin, terkadang gas macet. Pada jam-jam ramai orang memasak, gas mengecil. Beruntungnya, kami sekarang pindah rumah yang dekat jalan utama. Artinya, lebih dekat ke pipa gas utama. Jadi, musim dingin ini kami tidak terlalu menderita karena kelangkaan gas. Makanya, saya senang sekali memasak. Mumpung gas ada, saya maksimumkan apinya, sehingga masakan cepat matang.
Bandingkan saat masih di rumah lama. Rumah lama terletak di "ranting" jalan. Saat musim dingin, di jam-jam ramai orang memasak, maka gas sama sekali tidak keluar. Akibatnya, saya harus menyiapkan makan jauh-jauh sebelum jam waktu makan. Untuk mengatasi keadaan darurat harus masak, saya membeli gas dalam silinder. Pengeluaran bertambah, sebulan hampir Rs. 1000 (atau sekitar 100.000 rupiah).
Nah, beruntung kan sekarang. Gas oke. Maka, biarkan apinya membara, agar masakan cepat matang!