PhD : Arranged Marriage atau Love Marriage
Kami untuk pertama kalinya piknik melihat salju di Murrre, dekat kota Islamabad. Kami menyewa mobil kecil. Sykurlah, sopirnya bisa bahasa Inggris. Namanya Mohsin Abbasi. Sebenarnya umurnya masih muda, tapi tampang tua, jadi saya memanggilnya "Uncle".
Sepanjang perjalanan, dia tidak berhenti bicara. Semangat sekali mengobrol dengan suami saya. Sesekali saya nimbrung.
Tema berganti-ganti, sekarang tentang pernikahan.
Sopir : Kamu menikah arranged marriage atau love marriage? (Maksudnya, dijodohkan atau pacaran)
Suami : Tidak arranged marriage atau love marriage. Tapi dijodohkan Allah. (Lalu menjelaskan konsep taaruf yang kami jalani)
Sopir : Arranged marriage itu sangat bagus. Kita menikah dengan relative kita. That is Very Good! (Lalu menjelaskan tentang tradisi Pakistan, banyak orang menikah dengan sepupu pertama, sepupu kedua)
Saya : Kalau Anda, arranged marriage atau love marriage?
Sopir : Love marriage!
Hahahaha, piye toh, katanya X bagus, tapi malah pilih Y. Wkwkwk
Sepanjang perjalanan, dia tidak berhenti bicara. Semangat sekali mengobrol dengan suami saya. Sesekali saya nimbrung.
Tema berganti-ganti, sekarang tentang pernikahan.
Sopir : Kamu menikah arranged marriage atau love marriage? (Maksudnya, dijodohkan atau pacaran)
Suami : Tidak arranged marriage atau love marriage. Tapi dijodohkan Allah. (Lalu menjelaskan konsep taaruf yang kami jalani)
Sopir : Arranged marriage itu sangat bagus. Kita menikah dengan relative kita. That is Very Good! (Lalu menjelaskan tentang tradisi Pakistan, banyak orang menikah dengan sepupu pertama, sepupu kedua)
Saya : Kalau Anda, arranged marriage atau love marriage?
Sopir : Love marriage!
Hahahaha, piye toh, katanya X bagus, tapi malah pilih Y. Wkwkwk