Lidah Rakyat
(Edisi Ramadhan
di Negeri Rantau)
Dulu waktu di
desa saya di Tegal, orang-orang berbuka puasa dengan teh manis, kolak singkong,
tempe goreng tepung. Saya juga.
Berangkat ke
Depok, kebanyakan orang-orang sekitar berbuka dengan tahu isi dengan saus
kacangnya. Saya pun kembali menikmatinya.
Berangkat ke
kota Lahore, Pakistan, saya pun bertanya, akankah saya bisa buka puasa nikmat,
tanpa kolak singkong atau tahu isi? Singkong tidak ada di sini, kelapa segar
tidak ada, kacang hanya ada di musim dingin, tahu tidak ada.
Saya ingat, hari
pertama di Ramadhan pertama saya di Pakistan, saya dikirimi dahin baray dan
pakora. Awalnya tidak bisa menikmati (bahkan mau muntah)!!! Namun
lama-lama…..rasanya tidak ada senikmat dahin
baray, pakora, samosa, dan sirup jam
sirri dicampur air perasan lemon untuk berbuka puasa. Sama dengan menu
kebanyakan orang Pakistan.
Mungkin lidah
saya memang tepat mendapat julukan lidah rakyat, yaitu lidah yang doyan makanan penduduk setempat.
Ah, tapi ‘kan
baru mencoba ditest di dua negara. Bagaimana ya dengan menu berbuka puasa khas
muslim Eropa, Rusia, Jepang, China, Korea? Rasanya perlu dicoba. (Masukkan
dalam daftar impian dulu).
Keterangan:
Dahin baray: Yoghurt,
dicampur bumbu rempah-rempah, ditambah semacam “kerupuk/gorengan tepung baisan”
yang direndam air, ditambah kol, kentang rebus, bawang mentah, dan air asam
jawa.
Pakora : Gorengan dari kentang,
ditambah bayam Pakistan, daun ketumbar, dan tepung baisan.
Samosa : Gorengan
berbentuk segitiga, isinya bisa kentang pedas atau ayam pedas. Dimakan bersama
yoghurt atau chutney (saus manis).
Sirup jam sirri : Sirup
merah beraroma mawar dan kayu manis. Kata teman Indonesia, baunya mirip
kemenyan. Tapi segarnya sangat pas untuk musim panas, apalagi ditambah air
perasan lemonnya.