phd : Biar Pakistan Tetap Luar Negeri
Musim dingin yang lalu, kabut tebal. Menara Ufone depan rumah nyaris tak tampak. Balkon rumah penuh kabut. Usai mengantar anak-anak sekolah, saya, masih berjaket tebal, menuju balkon. Minta suami saya memotret saya.
Saya : Yok Bi, potret di sini, banyak kabut, biar serasa di luar negeri.
Suami : Lho,. memang ini di luar negeri.
Saya : Oiya.
Lain waktu, suami saya melihat facebook teman-temannya.
Suami : Teman-teman Abi pada sekolah di luar negeri ya....
Saya : Lho, Abi 'kan juga.
Suami : Oiya..
Kadang, saking biasa dan tidak "wah"nya Pakistan, saya merasa seakan bukan di luar negeri. Tapi baiklah, agar senang, nanti tagline novel saya "Biar Pakistan Tetap Luar Negeri".
Novel? Heee...misal saja.
Saya : Yok Bi, potret di sini, banyak kabut, biar serasa di luar negeri.
Suami : Lho,. memang ini di luar negeri.
Saya : Oiya.
Lain waktu, suami saya melihat facebook teman-temannya.
Suami : Teman-teman Abi pada sekolah di luar negeri ya....
Saya : Lho, Abi 'kan juga.
Suami : Oiya..
Kadang, saking biasa dan tidak "wah"nya Pakistan, saya merasa seakan bukan di luar negeri. Tapi baiklah, agar senang, nanti tagline novel saya "Biar Pakistan Tetap Luar Negeri".
Novel? Heee...misal saja.