Raditya Dika dan Andrea Hirata
Pertama baca novel Raditya Dika, lucu siih...tapi saya belum bisa menikmati.
Kemudian saya lihat stand up comedy Raditya Dika. Lucu sekali ternyata. Bahasa lisan Raditya Dika tak kalah lucu dari bahasa tulisan.
Kemudian saya menonton film "Cinta Dalam Kardus" yang disutradarai Salman Aristo. Pemerannya Raditya Dika. Lucu dan membuat saya berpikir.
Kemudian saya cari karya-karya Raditya Dika. Dapat, yaitu Malam Minggu Miko. Sederhana, lucu, dan membuat saya berpikir.... kekuatan tontonan ini ada di "kata-kata".
Raditya Dika akhirnya masuk menjadi salah satu orang yang saya kagumi. Sebelumnya, sudah ada Lukman Sardi, Andrea Hirata, dan Salman Aristo.
Setelah mengagumi orang, biasanya yang saya inginkan adalah mereka "bertemu", dan saya ingin melihat hasilnya.
Saya sudah pernah menyaksikan Lukman Sardi "bertemu" Andrea Hirata, yaitu saat Lukman Sardi memerankan Ikal, tokoh novel karya Andrea Hirata.
Saya sudah pernah menyaksikan Lukman Sardi "bertemu" Salman Aristo, yaitu di film Jakarta Maghrib dan Cinta Dalam Kardus.
Saya sudah pernah menyaksikan Raditya Dika "bertemu" Lukman Sardi sekaligus Salman Aristo, juga dalam Cinta Dalam Kardus.
Nah, saya rasa, perlu saya berharap Raditya Dika "bertemu" Andrea Hirata. Saya ingin mereka bersama menggarap sebuah...novel misalnya. Andrea Hirata bisa merangkai bahasa indonesia dengan dialek Melayu, dengan sangat indah dan lucu, dan cerdas. Raditya Dika bisa merangkai bahasa indonesia dengan dialek gaul ala jakarta, dengan sangat lucu, tapi bukan lucu yang murahan. Bayangkan, bila mereka "bertemu". Kemudian novelnya ditulis menjadi skenario, yang ditulis juga oleh Salman Aristo. Pemerannya Lukman Sardi, salah satunya.
Perlu diusulkan, saya rasa.