phd : Alam Menggambarkan Bagaimana Berkarakter

Pagi tadi, tiba-tiba langit gelap. Angin kencang sekali. Pintu-pintu tertutup, brak, brak! Berisik. Atap kain khas musim panas beterbangan. Tetangga-tetangga mengencangkan kain-kain penutup atap. Angin bertambah kencang. Kurtain beterbangan. Brak, brak! Kembali suara pintu-pintu tertutup oleh angin.

Setelah sekian hari tertapar matahari, hujan pun turun. 
Adem.
Tapi sekarang jam berangkat sekolah.

Anak-anak mengenakan jas hujan, menempuh jalanan tergenang, baju dan jilbab berkibar-kibar. Selesai mengantar anak-anak, hujan berhenti, langit cerah, angin berhembus pelan.

"Sudah? Cuma segitu saja hujannya?"

Ya begitulah alam di Lahore. Permulaan yang menyeramkan, namun hujan hanya sebentar. Kalau istilahnya "gertak sambel" saja. 

Rasanya, alam di Lahore sangat tepat untuk menggambarkan karakter orang-orang sini. Menyeramkan, agresif, gertak-gertaknya luar biasa. Namun ketika diminta eksekusi, kurang jalan. Mungkin lebih tepatnya pengecut. Hanya berani di belakang, tidak berani saat di depan penguasa yang dzalim. Akhirnya, pasrah saja.

Memang ini tidak semua orang Pakistan berkarakter seperti itu. Tapi malangnya, saya dikelilingi orang-orang Pakistan yang berkarakter seperti itu.