phd: Mereka yang Mematahkan Tradisi

Pertama kali datang ke Lahore, hanya ada satu penjaga toko perempuan. Itupun hanya sebagai "pengganti". Beliau adalah istri Uncle Aslam. Kalau Uncle Aslam ke kantor, Aunti Aslam yang menggantikan. Sekarang beliau sakit, sehingga tidak pernah menjaga toko lagi.

Belum ada setahun, di jalan Bari Peer dibuka toko baru. Penjaga utamanya adalah Mariam Baba. Namun, nenek Mariam bergantian ikut membantu menjaga.

Setahun setengah di Lahore saya bertemu Yasmin Aapi, perempuan bercadar yang juga ikut menjaga toko, bergantian dengan suaminya.

Beberapa bulan lalu, masih di jalan Bari Peer, dibuka toko sayur-sayuran. Penjaga utamanya adalah perempuan. Saya memanggilnya Bhaaji (Mbak). Anaknya empat, masih seumuran anak-anak saya. Suami dia juga penjual sayur, tapi keliling dengan menggunakan gerobak.

Kesimpulannya adalah: Mereka, empat orang tersebut, adalah orang-orang yang berani mematahkan tradisi. Tradisi di Pakistan, perempuan adalah bekerja di dalam rumah, bukan di ruang publik. Memang, di area yang lebih "sibuk", semisal departement store atau terminal bus, sudah mulai ada perempuan yang menjadi SPG atau "pramugari bus". Namun di area perumahan, khususnya di wilayah rumah saya, hanya ada empat perempuan. Memang di sini, masih, perempuan lebih banyak di rumah. Bahkan untuk berbelanja ke toko dekat rumah pun, jarang ditemukan perempuan dewasa muda yang berbelanja. Lebih banyak laki-laki. Perempuan sudah tua juga ada, perempuan yang masih anak-anak banyak juga yang membeli di toko. Namun perempuan dewasa muda, sekitar usia 17-30an, jarang.

Saya masih ingat perdebatan kecil dua tahun lalu. Saya mau belanja ke toko ayam. Saya bertemu kawan saya, orang Pakistan berasal dari sebuah kota jauh dari Lahore.

Kawan : Mau kemana?
Saya : Belanja ayam.
Kawan : Mana Baskoro?
Saya : Di rumah, main sama anak-anak.
Kawan : Kenapa bukan Baskoro yang belanja?
Saya : Ya kenapa harus Baskoro?
Kawan: Ini Pakistan, Laki-laki keluar rumah untuk belanja.
Saya : Saya orang Indonesia. Wanita Indonesia keluar rumah untuk belanja.
Kawan : Tapi kamu sekarang di Pakistan.
Saya : Tapi saya orang Indonesia. Lima hari Baskoro sibuk dengan kuliahnya. Dia butuh bermain dengan anak-anak di hari liburnya. Anak-anak juga butuh bermain dengan ayahnya. Saya juga butuh keluar rumah untuk tahu lingkungan saya. 

Hahahaha.