phd: Shireen

Arifa menangis saat saya menjemput pulang sekolah. Katanya berantem dengan Safia, teman sebangkunya. Melihat saya, Safia lari.

Seperti yang dahulu, saya mendamaikan Arifa dan Safia. safia adalah putri kawan saya. Kami berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu.

"Mera dosk...tin", kata Safia
"Kaun?" tanya saya
"Saman, Maleeha, Arifa".
"Okay, Good! sekarang, Arifa dan Safia berfoto yuk". Saya mengeluarkan kamera, menuju sudut sekolah.

Arifa dan Safia bersiap foto. Tiba-tiba datang Ciri, teman Arifa yang lain. Namanya Shireen, tapi dia memanggil dirinya sendiri "Ciri". Arifa pernah bilang, namanya mirip nama burung, Ciriya (burung Pipit dalam bahasa Urdu). Ternyata saya cari-cari namanya, tertulis di amplop monthly fee, "Shireen".

Shireen sangat suka difoto. Tapi saya tidak yakin kalau memfoto Shireen boleh atau tidak, karena saya belum berkenalan dengan Mamanya.

Arifa dan Safia bersiap foto. Shireen berdiri paling depan.

"Jret!"
Hasilnya, Safia tertutup oleh Shireen.

Saya mengatur posisi.

"Jret"
OK.

Shireen melihat hasilnya di kamera saya.
"Hehe, mera bari"

Dia mengatakan saya paling besar.

Dalam hati saya, justru karena Shireen badannya paling besar, saya ingin memotret Arifa dan Safia saja, yang sama-sama kecilnya. Kalau di samping Shireen, Arifa nampak sangat mungil sekali. Padahal hanya selisih setengah tahun.

Shireen, tinggi, putih, cantik sekali. Gigi kelincinya saya suka.
Entah sengaja atau tidak, ternyata Arifa naik ke sebuah batu. Hasil fotonya, Arifa tidak terlalu pendek di samping Shireen.

Aih, anak-anak manis.
Semoga tetap menjadi kenangan indah dalam memori kanak-kanak seorang Arifa.

Arifa
Safia
Maleeha
Shireen
Saman
Minaheel

Bunga-bunga yang indah, semoga selalu mewangi.....



Lahore, summer 2015