Terasi dan Penghormatan Terhadap Hidung

Terasi itu sedap luar biasa,
Tapi bisa menjadi sumber ketegangan dengan orang lain....



Terasi. Baunya sedap. Jika mencium bau terasi, perut saya mendadak lapar, ingin makan. Saya suka sambal terasi, tapi saya selalu merasa membuat sambal terasi itu sangat repot. Mengulek atau memblender cabai itu repot menurut saya.

Saat saya pergi ke Pakistan pertama kali, saya tidak membawa terasi. Saya berpikir, saya tidak akan membuat sambal terasi karena repot dan khawatir menganggu penciuman tetangga. Saya pernah mendengar cerita-cerita orang yang diprotes tetangga karena membuat sambal terasi di luar negeri. Setelah datang ke Pakistan, saya pun mendengar teman-teman "berkonflik" dengan keluarga asli Pakistan, ketika mereka membuat sambal terasi.

Memang, akhirnya mereka memilih membeli sambal impor, atau mengulek cabai mentah dengan terasi siap pakai, sehingga baunya tidak merajalela.

Saat saya mudik ke Indonesia, saya bertemu kembali dengan sambal terasi. Enak sekali rasanya. Maka, saya berpikir, ada baiknya saya mencoba membawa terasi saat kembali ke Pakistan. 

Saya pun membawa terasi siap pakai ke Pakistan. Saya membuat sambal dari cabai hijau dengan terasi. Lumayan lah buat selingan menu.

Bawa terasi sedikit, tapi sangat awet, karena saya jarang menyambal. Lalu saya menemukan ide bagaimana membuat sambal terasi yang tidak repot dan bau terasinya tidak merajalela hingga ke rumah tetangga.

Di Pakistan, tidak ada cabai merah segar. Cabai yang tersedia adalah cabai bulat kecil yang sudah dikeringkan. Bawang merah yang tersedia pun bukan bawang seperti bawang Indonesia. Bawang merah di Pakistan luar biasa besar dan hanya sedikit perih di mata, enak di makan mentah.

Bagaimana cara membuat sambal terasi agar baunya tidak "nyenggrakin"? Pakai AIR. Cabai direbus dulu, kemudian ditumbuk kasar langsung di pancinya, masukkan tomat dan bawang merah yang diiris-iris, masukkan terasi, garam, gula, dan minyak. Jangan lupa masukkan air. Rebus sampai airnya habis. Jika air habis tapi sambal belum halus, tambahkan air lagi, begitu seterusnya.

Baukah?
Tidak.

Menuai protes tetanggakah?
Tidak.

Begitulah, kita harus menghormati hidung tetangga. Tidak baik memaksakan diri membakar terasi atau menggoreng ikan asin, jika kira-kira itu mengganggu penciuman tetangga. Terutama buat yang sedang di luar Indonesia.