phd : Gilgit, Surga, dan Air Mata

"Isti, coba kamu datang ke Gilgit. Lembah Naltar sangat indah. Sekali saja kamu kesana, kamu tidak akan melupakannya", pesan kawan saya, seorang putri pensiunan Militer Pakistan.

"Gilgit seperti surga, sangat menawan", Dokter gigi langganan saya menceritakan tentang keindahan Gilgit, di kliniknya. Dia tersenyum senang saat mengenang Gilgit.

Gilgit sepertinya tidak terbantahkan keindahannya. Hampir semua orang mengatakan keelokan Gilgit. Butuh dua hari perjalanan darat dari Lahore menuju Gilgit.

Orang-orang merekomendasikan tempat indah ini sebagai tujuan mengembara, mengembara ke tempat yang sulit dipercaya bahwa ini di Pakistan. Saya betul-betul terpikat dengan rekomendasi itu. Saya punya impian, suatu saat, sebelum meninggalkan Pakistan, saya ingin membuktikan keelokan Gilgit.

Namun, Jumat 8 Mei, tragedi Naltar Valley menerbangkan seluruh impian indah saya. 
Mimpi tentang setitik surga yang jatuh di bumi Pakistan.
Mimpi yang kemudian menjadi linangan air mata di malam-malam saya, membangunkan saya, sehingga sulit terpejam lagi.

Gilgit, lembah Naltar,
Setitik surga yang sulit dipercaya keberadaannya karena ada di Pakistan,
Namun juga sulit diterima telah menjadi tempat yang menyedihkan untuk kami.

Ibu Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, menemui hari terakhirnya saat helikopter gagal mendarat di lembah Naltar. Bapak Burhan Muhammad kritis karena tujuh pulih lima persen luka bakar. Ibu Duta besar Malaysia pun pergi untuk selama-lamanya. Duta besar Filipina dan Norwegia pun meninggal. Pilot meninggal dan dua militer Pakistan pun meninggal. Lainnya luka-luka.

Sedih sekali.

Saya masih ingat, Bapak Burhan, seorang Duta Besar, bersedia mengumpulkan tiga mahasiswa Indonesia di Lahore. Kami, Mas Agung, dan Mba Fauzia bertemu beliau di restoran Anarkali. Seorang Duta Besar datang tanpa pengawal, hanya bersama Mas Otto, staf KBRI.

Semoga lekas sembuh.
Semoga kami bisa silaturahim di Jogja, insyaAllah.....
Semoga kedua putranya mendapat kekuatan, keihklasan, dan kesabaran yang luar biasa. Semoga diteguhkan dan dikuatkan langkah-langkah kakinya. Semoga ditegarkan hatinya.