Gelombang Panas Karachi

Tiba-tiba dapat SMS dari kakak saya di Solo.

"Is, Gimana kabar keluarga? Di TV ada berita gelombang panas di Pakistan, 1300 orang tewas"

Begitu bunyi SMSnya.
Saya balas,

"Gelombang panas itu apa? berita dari TV apa? Kami baik-baik saja, aku lagi bikin sop buah buat buka puasa".

Seringkali, berita tentang Pakistan saya dengar pertama kali dari keluarga saya, yang nun jauh dari Pakistan.

Dulu, waktu tragedi Peshawar Attack, juga saya tahu pertama kali dari keluarga saya di Indonesia. 

Alhamdulillah, banyak orang memperhatikan kami, artinya itu sayang kami. 

Pakistan itu luas, itu pertama yang perlu di sadari.
Lahore, kota kami, juga luas.
Banyak kota di Pakistan, dan semua berbeda-beda alam dan situasi politiknya.

Sepuluh tahun lalu, Lahore aman dari bom. Namun sekarang karena pemilu dimenangkan oleh partai yang berbasis di Lahore, setidaknya ada tiga bom dalam setahun: Wagha border, Stadion Qadafi, dan Gereja Johanabad. 

Karachi berbeda alam dengan Lahore. Karachi dekat pantai. Biasanya, suhu Karachi di bawah Lahore. Namun tahun ini, saat musim panas, suhu Karachi sama dengan Lahore, 45 derajat celcius. Orang-orang belum siap dengan suhu panas, pemerintah setempat pun belum siap. Fasilitas pendingin kurang, listrik putus, dan air pun tidak tersedia.

Maka, jatuhlah korban. Innalillahi wa inna ilahi raajiuun.

Semoga pemerintah dan rakyat makin siap menghadapi cuaca ekstrem. Semoga kami siap, selamat, dan sehat. Aamiiin